Serunya Petik Buah Naga di Perkebunan Indonesia Berdaya

Wakaf adalah sedekah jariyah, yaitu menyedekahkan harta untuk kepentingan ummat. Wakaf ini amalan yang istimewa karena pahala wakaf akan terus mengalir kepada orang yang berwakaf (Al-Waqif) walaupun orang yang berwakaf telah meninggal dunia. Pahala wakaf juga bisa diperuntukkan oleh orang lain. 


Orang yang berwakaf boleh mewakafkan hartanya pada orang yang ia tunjuk atau melalui lembaga wakaf. Ada banyak lembaga wakaf di Indonesia yang kiprahnya bisa dipertanggungjawabkan. Tiga diantaranya adalah Lembaga wakaf MUI, Indonesia Wakaf (I-Wakaf) dan Dompet Dhuafa.

Prudential Indonesia selalu perusahaan asuransi terbesar di Indonesia juga melirik keistimewaan wakaf dan mendukung nasabahnya untuk berwakaf dengan cara membuat program wakaf melalui asuransi lewat asuransi syariah PRUSyariah. Dalam program wakaf ini Prudential Indonesia bekerjasama dengan 3 lembaga wakaf di atas. Program wakaf dari asuransi Prudential sejalan dengan salah satu tagline Prudential Indonesia yaitu We Do Good (Berbuat Kebaikan). 


Untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa dalam mengelola harta wakaf yang dipercayakan kepadanya, Prudential Indonesia mengajak para blogger untuk menyambangi perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa di wilayah Subang Jawa Barat pada tanggal 9 Maret 2019. Saya termasuk salah seorang yang beruntung mengikuti kunjungan ini.

Di acara kunjungan ini ada mas Bobby, perwakilan dari Prudential Indonesia, yang dalam sambutannya mengatakan bahwa Prudential Indonesia berkomitmen melakukan kebaikan untuk masyarakat salah satunya dengan program wakaf. Salah satu yang membuat Prudential Indonesia menghadirkan Program Wakaf adalah karena kesadaran masyarakat yang lumayan tinggi untuk beramal tapi tidak tahu caranya. 



Ada anggapan untuk berwakaf, orang harus kaya dulu, harus punya harta banyak dulu. Padahal wakaf tidak perlu menunggu kaya dan punya harta banyak, yang penting ada harta yang akan diwakafkan dan niatnya ikhlas. Wakaf juga tak harus dalam bentuk uang atau tanah, tapi bisa melalui manfaat asuransi seperti yang dilakukan Prudential Indonesia melalui program wakaf asuransi syariah.

Serunya Petik Buah Naga

Lahan Perkebunan Indonesia Berdaya yang dibeli dari dana wakaf dikelola secara profesional oleh Dompet Dhuafa. Berlokasi di Desa Cirangkong Subang, lahan ini luasnya 10 hektar. Mas Muhammad Koharudi, Marcomm Spv Dompet Dhuafa menjelaskan, lahan perkebunan ini ditanami aneka buah seperti buah naga, nanas, pepaya california dan jambu crystal. Juga ada peternakan kambing dan domba. 



Sistem di perkebunan Indonesia Berdaya adalah integrated farming (pertanian + peternakan). Dengan sistem ini, tidak ada limbah yang terbuang. Limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan kompos. Kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Contohnya, kulit nanas yang diolah menjadi pakan kambing.

Masyarakat setempat menggarap lahan ini dengan berbagi keuntungan dengan Dompet Dhuafa. Jadi Dompet Dhuafa bukan hanya mengelola lahan produktif hasil wakaf tapi juga memberdayakan masyarakat setempat melalui pemanfaatan lahan tersebut. Sekaligus mengangkat potensi lokal daerah Subang. 



Jika Prudential Indonesia punya tagline We Do Good, maka Dompet Dhuafa punya tagline Jangan Takut Berbagi. Berbagi itu maknanya luas tak hanya dinilai dari materi. Kita memberi senyuman kepada orang lain itu sudah termasuk berbagi. Saya membuat blog dan menulis artikel di dalamnya itu juga dalam rangka berbagi, berbagi informasi melalui tulisan. Jangan ragu berbagi untuk menyampaikan kebaikan.

Mengarahkan mata memandang lahan perkebunan Indonesia Berdaya teramat menyejukkan. Tempat saya dan teman-teman beristirahat dikelilingi oleh tanaman Buah Naga yang sedang berbuah. Mas Kohar bilang, Januari sampai Maret adalah waktu di mana buah naga sedang berbuah. Jadi kedatangan kami memang tepat hari itu. 



Ratusan pohon buah naga dengan buah yang muncul di ujung sulur membuat saya tak konsentrasi menyantap makan siang yang disediakan. Padahal makan siangnya ala liwetan dengan menu sunda. Ada ikan goreng, oseng kangkung, tahu dan tempe goreng, sambal leunca lengkap dengan nasi gurih yang dibungkus daun pisang.

Pohon buah naga berbeda dengan pohon kebanyakan. Ia tak berdaun melainkan berbentuk sulur batang dan tipikal sulurnya menyerupai tanaman kaktus, lengkap dengan duri-duri kecil di sulurnya. Dalam satu pohon buah naga ada 1-3 buah naga yang besarnya berbeda, ada yang sedang ada juga yang ukurannya besar.



Buah naga itu ada 2 jenis, yang isinya merah dan isinya putih. Kebanyakan yang dijual di pasar adalah buah naga yang isinya merah, karena pohonnya lebih sering berbuah. Namun saya pribadi lebih menyukai buah naga yang isinya putih, karena tak terlalu manis dan ada rasa asamnya sedikit. Segar dimakan siang-siang.

Saya dan teman-teman teramat gembira karena punya kesempatan untuk memetik buah naga langsung dari pohonnya. Saya langsung bertanya ke mas Kohar "boleh memetik yang isinya putih?", mas Kohar menjawab "bebas aja mbak". Waaahhh saya langsung berseru gembira. Tapiiiiii jangan asal petik. Petiklah yang matang dan setelah dipetik lalu ditimbang dan kita bayar buahnya. Harga sekilonya hanya 20 ribu rupiah. Murah sekali. 



Hujan yang turun tak mengurangi keseruan kami memetik buah naga. Dengan keranjang plastik, pisau berbentuk gunting, caping dan celemek kami menjelajah ke sela-sela pohon buah naga. Memetik buah naga itu mudah tapi nggak bisa sembarangan. Potong bagian buah naga yang menempel di sulurnya. Sebagian dahan sulur harus ikut dipotong ya biar ujung buah naga tidak gampang hancur. Cara ini juga membuat buah naga tidak gampang busuk.

Ada sedikit perbedaan di bagian kulit antara buah naga isi merah dan isi putih. Saya juga baru tau lho bedanya. Biasanya di penjual buah saya hanya perlu bertanya buah naga yang dijual isinya merah atau putih. Buah naga yang isinya putih, sisik di kulitnya lebih jarang ketimbang yang isinya merah. Namun untuk pohonnya sendiri tidak ada perbedaan. 



Total buah naga yang saya petik beratnya lebih dari 5 kilogram dengan ukuran buah naga yang berbeda. Ada 1 buah naga isi putih yang beratnya lebih dari setengah kilogram. Besar sekali memang. Kelar memetik buah naga, saya menghilangkan rasa haus dengan minuman yang terbuah dari nanas. Oiya... mau beli nanas juga boleh lho. Dua buah nanas dijual seharga 15 ribu rupiah dan fresh dari pohonnya.

Saya tak sabar mencoba buah naga yang baru saya petik. Jadi sambil melihat teman-teman bermain panahan yang disediakan di area ini, saya membelah buah naga yang isinya putih dan memakannya. Rasanya segaarrrr sekali. Ada rasa manis bercampur asam dengan daging buah yang empuk dan berair. 



Lahan Indonesia Berdaya memang tak cuma untuk pertanian dan perternakan, tapi juga ada beberapa rumah yang dibangun untuk penginapan. Berbagai komunitas pernah menginap di sini supaya bisa lebih detail menjelajah lahan Indonesia Berdaya. Kalo mau beristirahat dari riuhnya ibukota memang enak nginep di sini. Suasanya sepi dan dingin. Benar-benar bisa menyatu dengan alam.

Hari sudah sore ketika kami meninggalkan lahan Indonesia Berdaya. Kami pulang membawa berkilo-kilo buah naga dan pengetahuan tentang bagaimana lahan hasil dana wakaf dikelola. Manfaat wakaf memang luar biasa. Yuk.. Jalanin Bareng.


51 komentar

  1. Rasanya gak terlupakan sampai sekarang metik buah langsung suasana alam yg segar
    ...duhhh pahalanya yg sudah mewakafkan hartanya... pahalanya berbuah terus ya

    BalasHapus
  2. Tiati mbak, durinya kecil2 nancep di jari :)

    BalasHapus
  3. Suasana perkebunannya asik banget ya mbak. Keren banget pilihan Prudential bekerjasama dengan Dompet Dhuafa akan program wakaf ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya karena DD terpercaya kelola dana wakaf

      Hapus
  4. Saya jadi lebih terbuka pandangannya tentang asuransi syariah dan juga wakaf. Apalagi ada bukti konkrit seperti ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi percaya kalo dikelola dengan benar ye mbak

      Hapus
  5. Mba Yayat, kamu bawa berapa dus buah naga jadinya? Seger banget lho itu buah naganya, dan bisa petik sendiri lagi dari perkebunannya langsung

    BalasHapus
  6. Aku suka sekali buah naga! Apalagi kalo dijus. Segerrrr

    BalasHapus
    Balasan
    1. ku tak sabar buat ngejus jadi langsung hleeppp dimakan :D

      Hapus
  7. Terobosan keren ya dari Prudential dan MUI.
    Semoga semakin bermanfaat.

    BalasHapus
  8. Mbaaaak aku ngiler lihat buah naganya nih. Duuuh sampe ngeces bayangin kesegarannya. Pengen banget metik dan makan langsung gitu

    BalasHapus
  9. Ih serunya ya, aku baru suka buah naga ya belum lama, karena bau batang puunnya nggak enak kirain buahnya bau nya sama hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. yeee ngapain batang puun nya diciumin :D

      Hapus
  10. wah tampilannya lebih fresh ya sekarang... mantap loadingnya juga gak lama..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih kang.. nyesel juga sik kenapa dari dulu gak beli heheheheh

      Hapus
  11. Seru sekali, Mbak Yayat.
    Buah namanya warnanya bikin mupeng di jus hahaha.
    Tapi ini dapat semuanya Mbak Yayat. Dapat buahnya, dapat suasana pemandangannya yang indah ya, Mbak.

    BalasHapus
  12. Udara di Subang seperti kalau pulang kampung, dingin dan bersih

    BalasHapus
  13. Wow asik banget bisa metik buah sendiri apalagi didukung sejuknya udara yang jauh dari polusi ya. Keren nih programnya Prudential berwakaf lewat asuransi, jadi tahu nih kalau berwakaf tidak hanya dalam bentuk uang dan bangunan. ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ternyata bisa dalam bentuk uang juga

      Hapus
  14. Prudential Indonesia ini keren ya, inovasinya tak ada habisnya untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Ngomong-ngomong, bawa 4kg buah naga kok nggak bagi ke saya sik... kan saya juga mau. Termasuk murah itu harganya karena dapat buah naga yang segar, apalagi yang isinya putih susah dapatnya di pasar

    BalasHapus
    Balasan
    1. kmrn yg isinya merah cuman 2 biji ku petiknya.. yang lain putih semua.. nah itu kak kenapa jarang banget ya yang putih.. padahal berbuahnya banyak juga lho

      Hapus
    2. Aku suka banget, kak, buah naga. Klo kata adikku yang di farmasi, buah naga itu beneran buah dewa karena khasiatnya buat kesehatan banyak banget. Dibandingkan yang merah, yang putih lebih oke kandungan vitaminnya. Sayangnya, di pasaran langka. Syedih. Seumur2 baru sekali makan buah naga yang isinya putih, itu pun cuma 2 biji doang.

      Hapus
  15. Makin keren nih Prudential. Mba yayat bikin ngiler aku petik buah naga, akukan penggemar buah ini

    BalasHapus
  16. Duuuuuuh ngiler sumpah mb yat wkwk. Seger banget tuh buah naga, pasti endul banget dibuat jus hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. manis lhoooo... kalo yang putih ada asemnya dikit... tapi seger banget emang

      Hapus
  17. Seru banget. Segar kayaknya. Senang juga karena lokasinya memberdayakan masyarakan setempat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak... lahannya hidup dan perekonomian warga setempat terbantu juga

      Hapus
  18. Seruuu di kebun naga nanas, apalagi gerimis2 gt :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. gerimis syahdu ya... sekali kaliujan ujanan :D

      Hapus
  19. Metik buah naga langsung sekaligus belajar tentang wakaf itu sangat luar biasa. Pasti pengalaman yang sulit dilupakan

    BalasHapus
  20. Lihat fotonya ajah saya dah seneng. Apalagi kalau bs petik langsung begitu. Buah naganya seger2! Memang yaa prudential tu mampu jawab dan bantu semua kebutuhan kita. Sampai masalah waqaf pun bisa loh

    BalasHapus
  21. aaah produk yg udah saya pilih udah tepat berarti: pru syariah :)

    BalasHapus
  22. Itu buah naga menggoda banget sih, soalnya aku suka banget sama buah naga. Ini tuh bisa diperuntukan untuk umumkan mbak Yat? Seru nih kalau ajak anakku kesini sekalian belajar juga dia.

    BalasHapus
  23. Duhhhhh, aku gemas sungguh gemas liat buah naganya! Biasanya buah naga tuh aku makan seger aja, potong-potong langsung leeepp. Enaak!!

    BalasHapus
  24. Wakaf produktif seperti ini membuat keberkahan terus mengali bagi Al Waqif dan manfaat terus terbagi pada yang membutuhkan. Keren banget!
    Berarti di sini terima petik buah sendiri sekalian paket penginapan ya Mbak? Kontaknya kemana?

    BalasHapus
  25. Buah favoritku nih, tiap hari bikin jus buah naga lalu disimpen di botol kaca, masukkin ke dalam kulkas deh. Enaak
    *Brb ambil jus dulu

    BalasHapus
  26. Cukup menarik konsep dari sistem perkebunan Indonesia Berdaya yang mengusung integrated farming
    Jadi saling menguntungkan dan tak ada yg terbuang percuma

    BalasHapus
  27. Eh ternyata buah naga tumbuh juga ya di sana. Karena di kawasan pulau-pulau di sekitar Batam ada banyak perkebunan buah naga dengan tanah bauksit, aku fikir memang hanya tumbuh di sekitar sini saja.

    BalasHapus
  28. Program-program Dompet Dhuafa memang sangat inspiratif. Tapi sebenarnya di kampung banyak juga program seperti ini, hanya saja bersifat perorangan sehingga lebih pada kerjasama saja. Semoga semakin banyak institusi yang melakukan program sejenis. Ini bisa jadi terobosan untuk saling menguntungkan dan menyejahterakan.

    BalasHapus
  29. Asyiknya yang ikut panen buah naga. Alhamdulillah ya Program DD ini sudah terlihat hasilnya dan dirasakan manfaatnya. Semoga lebih banyak program lain yang membantu menyejahterakan masyarakat. Amin.

    BalasHapus
  30. Huahhh kebayang gimana segarnya icip-icip buah naga langsung dari kebunnya. Pasti seger banget. Buah naga nih buat favorit saya, dimakan langsung enak..dijadikan jus pun lezat.

    BalasHapus
  31. Saya suka buah naga, enak banget ini apalagi langsung petik dari pohonnya.
    Btw program Dompet Dhuafa bagus ya

    BalasHapus
  32. Aku paling suka sama buah naga mba Yayat, soalnya seger banget dan enaknya d makan biasa apalagi kalo d buat salad buah. Wow endolita. Trus untuk waqaf produktif ini makin banyak berkaca bahwa banyak jalan memakai uang di jalan Allah ya.

    BalasHapus