Ayo Imunisasi Walau di Masa Pandemi


Pekan Imunisasi Dunia digelar pada tanggal 24 hingga 30 April lalu. Pekan Imunisasi Dunia di Indonesia mengambil tema Ayo Imunisasi, Bersatu Sehatkan Negeri. Bertempat di sebuah Manhattan Hotel Jakarta, Kemenkes RI mengadakan temu blogger pada tanggal 6 Mei untuk mensosialisasikan pentingnya vaksin, terutama di masa panemi seperti sekarang.

Prof. Cissy Kartasasmita, dr, MSc, PhD, SpA(K), menjelaskan arti vaksin, vaksinasi dan imunisasi. Saya termasuk orang yang sering tertukar dalam menggunakan 3 istilah ini. Vaksin adalah produk biologis yang dapat menghasilkan imunitas spesifik untuk penyakit tertentu.

Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan imunitas spesifik untuk penyakit tertentu. Sementara imunisasi adalah proses yang menyebabkan seseorang menjadi imun sehingga tercegah dari penyakit melalui vaksinasi. Ketika masyarakat diimunisasi maka penyebaran penyakit tersebut menjadi terhambat.



Imunisasi dapat mencegah lebih dari 26 penyakit dan 2-3 juta kematian dapat dicegah setiap tahun dengan imunisasi. Meningkatkan cakupan imunisasi secara global dapat menyelamatkan lebih dari 1,5 juta orang setiap tahunnya. Sayangnya masih ada 786 ribu lebih anak di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2020.

Salah satu kendalanya adalah pandemi. Pelayanan imunisasi mengalami penurunan akibat instruksi stay at home dan shelter in place. Karena itu harus dikomunikasikan pentingnya vaksin kepada pasien dan orang tua dan bagaimana menerapkan protokol kesehatan ketika melakukan imunisasi di masa pandemi.

Pemerintah melalui Kemenkes mengupayakan vaksin tetap berjalan di masa pandemi dengan berbagai ketentuan yang memenuhi standar protokol kesehatan. Berikut hal yang harus dilakukan orang tua saat membawa anaknya ke rumah sakit atau puskesmas untuk diimunisasi :
- Membuat janji temu dengan faskes.
- Datang tepat waktu sesuai waktu yang ditentukan.
- Menggunakan masker.
- Cuci tangan menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer.
- Selalu jaga jarak.
- Segera membersihkan diri atau mandi serta mengganti semua kain/linen anak dan pengantar (pakaian, bedong, gendongan dll) yang dibawa ke faskes.



Kemenkes juga membuat program Imunisasi Kejar dan pemberian Imunisasi ganda. Imunisasi kejar atau imunisasi susulan adalah menyusulkan imunisasi yang tertunda. Imunisi kejar bisa berdasarkan catatan riwayat imunisasi anak atau disesuaikan dengan usia anak. Sementara pemberian imunisasi ganda adalah pemberian lebih dari 1 imunisasi dalam satu kali kunjungan sehingga kedatangan anak dan orang tua lebih efisien. Jangan khawatir karena pemberian imunisasi ganda sudah terbukti aman dan efektif.

Faskes harus memastikan pelayanan imunisasi mematuhi prinsip penyuntikan yang aman dan penyimpanan vaksin sesuai prosedur dan memperhatikan kontra indikasi imunisasi. Ketidaknyamanan ketika diberikan imunisasi ganda hanya akan dirasakan dalam waktu yang singkat. Data ilmiah menunjukkan imunisasi ganda tidak menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari.



Proses penyuntikan pada imunisasi ganda ada aturannya. Bayi atau anak akan diberikan suntikan yang lebih kurang menyebabkan rasa sakit terlebih dahulu. Bila diperlukan 3 suntikan intramuskular/subkutan pada bayi kurang dari 12 bulan, diperbolehkan dan aman diberikan 2 suntikan pada satu paha atas yang sama. Terpisah jarak 2,5 cm.

Prof. DR. Hinky Hindra Irawan Satari dr., Sp.A(K), M.Trop.Paed menjelaskan soal keamanan vaksin, di mana saat ini masih banyak orang yang ragu tentang keamanan vaksin. Bapak Hinky Hindra adalah ketua Komnas KIPI yaitu Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Komnas KIPI bertugas memonitor dan menginvestigasi dampak imunisasi pada anak atau orang yang divaksin.

Pada anak atau orang yang diimunisasi, kerap terjadi reaksi. Misalnya demam setelah anak diberikan vaksin DPT. Reaksi ini tidak perlu dikhawatirkan karena merupakan reaksi biasa. Bahkan ada anak yang tidak merasakan efek apa-apa setelah diimunisasi. Tidak semua KIPI berkaitan dengan vaksin. Reaksi vaksin menyerupai infeksi alami dengan komplikasi yang kecil. 



Sesungguhnya vaksin telah melalui proses yang panjang sebelum akhirnya dipasarkan. Proses ini dilakukan agar vaksin benar-benar aman digunakan. Proses tersebut dimulai dari riset preklinikal yang menetapkan kandidat vaksin, lalu ada studi hewan untuk menilai respons imun dan daya lindung. Kemudian dilanjutkan dengan proses Fase 1, 2 dan 3 yang melibatkan ribuan relawan. Pada fase 4 masih ada monitoring untuk menilai daya lindung jangka panjang.

Dengan memberikan informasi mengenai proses pembuatan vaksin, maka masyarakat tidak akan ragu lagi dengan keamanan vaksin. Sehingga upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah anak-anak yang belum diimunisasi lengkap atau bahkan belum diimunisasi sama sekali, akan tercapai dan Indonesia bisa keluar dari daftar 10 besar negara yang menyumbangkan jumlah anak yang belum imunisasi dasar lengkap.






1 komentar