Di Penginapan Dekat Malioboro Jogja, Mesin Jahit Dimodif jadi Meja Makan

kamarnya (dok.yayat)

Kata orang, belum ke Jogja rasanya kalau tidak menyambangi Malioboro walau sebentar saja. Ungkapan ini wajar karena Malioboro memang ikonnya Yogyakarta. Saking melekatnya, kalau orang bicara soal Yogyakarta, yang terbit di pikiran ya Malioboro, baru kemudian lokasi lain seperti penginapan dekat malioboro, Beringharjo, stasiun Tugu, atau jenis-jenis makanan khasnya.

Saya tak sepenuhnya setuju dengan kalimat di atas, faktanya setiap saya ke Yogyakarta saya memang selalu ke Malioboro. Sekedar ngopi, menyusuri trotoarnya yang penuh pedagang atau sekedar duduk santai menikmati para pengamen yang bermain musik dengan cara yang kreatif. Saya menikmati waktu santai di suasana Malioboro yang sibuk.

lobby nya (dok.yayat)

Seringkali saya menyisihkan waktu buat jalan-jalan di Malioboro sebelum keberangkatan saya kembali ke Jakarta. Stasiun besar Yogyakarta atau Stasiun Tugu terletak di jalan Pasar Kembang, ujungnya jalan Malioboro. Jadi kalau jadwal kereta api saya malam hari, saya berangkat dari rumah saya siang hari karena saya ingin jalan-jalan dulu di Malioboro.

Namun pada Februari 2020, saya ingin bersantai lebih lama di kawasan Malioboro. Maka saya mencari penginapan di kawasan Malioboro. Tak sulit, karena hotel dan guest house banyak sekali terdapat di kawasan ini dan harganya sungguh variatif. Lokasinyan juga beragam, ada yang di pinggir jalan utama tapi ada juga yang menyempil di antara gang rumah penduduk Tinggal pilih yang sesuai dengan keinginan kita.

suasana hijau (dok.yayat)

Kala itu saya menginap di sebuah guest house yang jaraknya dekat dengan Malioboro. Lokasinya menyempil masuk ke gang sempit yang hanya bisa dilalui oleh motor. Banyak guest house di area guest house pilihan saya. Namun guest house itu saya pilih karena nyaman, hanya butuh 15 menit jalan kaki menuju Malioboro, punya rating bagus di sebuah online travel dan harganya sesuai budget saya.

Meninggalkan Kamar Nyaman di Penginapan Dekat Malioboro


Saya datang ke guest house tersebut pukul 1 siang. Meski menyempil di gang sempit namun guest house ini mudah dicari. Ada penunjuk arah menuju ke guest house dan yang membuat tamu mudah menemukan guest house ini adalah rimbunnya tanaman yang terdapat di lantai atas hotel. Oh ya, saya nggak mendengar suara motor selama menginap di sini karena motor harus dituntun dan dimatikan mesinnya jika melewati gang-gang ini. Unik ya.

bisa bersantai di sini (dok.yayat)

Lobby hotelnya sederhana, hanya ada seperangkat kursi dan meja tamu. Tempat Resepsionis berupa meja kayu yang tinggi dan tertutup. Seorang pria muda mengecek reservasi saya di situ. Sembari menunggu, saya layangkan pandangan ke sekeliling. Tanaman hijau tersebar di depan guest house hingga ke area menuju ke lantai atas.

Pot-pot tanaman hijau juga terdapat di depan kamar-kamar di lantai satu. Guest house ini terdiri dari 3 lantai namun hanya 2 lantai yang disewakan untuk menginap. Mas Resepsionis mengatakan pada saya bahwa kamar sudah siap dan lokasinya di lantai atas.

narsis dulu (dok.yayat)

Kemudian mas Resepsionis juga menanyakan kepada saya besok mau sarapan apa. Sarapan di guest house ini memang dimasak sesuai pesanan tamu dan bukan dihidangkan dengan cara prasmanan. Hanya sedikit pilihan menunya namun buat saya itu cukup. Mas Resepsionis menunjuk deretan kursi dan meja di belakang area resepsionis sebagai lokasi untuk sarapan besok.

Tahu tamunya butuh istirahat, mas Resepsionis mengantar saya menuju kamar. Kami melewati tangga semen dan mas Resepsionis yang ramah membawa koper saya menaiki tangga. Kamar saya terletak agak menjorok ke dalam. Hanya ada 2 kamar dengan pagar dan jalan kecil penuh tanaman di depannya dan saya beruntung menempatinya.

tempat bertemu (dok.yayat)


Mas Resepsionis menyerahkan kunci ketika kami sampai di depan kamar. Setelah berpesan untuk menghubungi staff hotel jika membutuhkan sesuatu, ia kembali ke lantai bawah. Saya pun segera membuka kamar dengan kuncinya yang sederhana.

Fasilitas Guest House di Jogya yang Bikin Betah


Kamarnya sederhana namun nyaman. Tempat tidur berukuran double sesuai permintaan saya. Tempat tidur ukuran double memang saya pilih jika saya menginap sendirian. Biar tidurnya puas aja gitu karena ranjangnya luas. 

sederhana tapi bersih (dok.yayat)

Bantal dan spreinya berwarna putih dengan selimut berwarna biru. Nampak serasi dengan cat kamar yang berwarna putih. Dua handuk terlipat rapi di atas kasur. Dua meja kayu melengkapi, satu berukuran besar lengkap dengan laci dan satu lagi berupa meja kecil berbentuk bulat dan di atasnya ada 2 botol air mineral.

Saya mengecek kamar mandi dan di luar dugaan ternyata kamar mandinya cukup luas. Saya pernah menginap di hotel yang lebih mahal namun kamar mandinya tidak seluas ini. Kamar mandinya juga bersih sekali, terlihat staff hotel membersihkan kamar mandi dengan teliti.

menyamar jadi tanaman (dok.yayat)

Kamar ini punya 2 jendela panjang dan di kedua daun pintunya juga terdapat jendela kaca. Jadi ketika tirai dibuka, maka kita dengan jelas bisa melihat suasana di luar kamar yang menghijau dengan banyaknya tanaman. Sungguh penginapan yang sederhana, namun bersih, nyaman dan menyenangkan.

Saya beristirahat sejenak dan iseng menyalakan televisi yang terdapat di dinding. Namun saya matikan beberapa menit kemudian ketika saya lihat jam, saya belum makan siang! Oke.. saya tak ingin maag saya kambuh karena terlambat makan, saya ambil tas berisi dompet dan handphone. Memakai sepatu dan keluar kamar menuju Malioboro. 

restonya (dok.yayat)

Setelah 15 menit berjalan kaki melalui gang sempit dari hotel, saya tiba di jalan Malioboro. Banyak banget makanan yang di jual di area ini, Mie Nyemek Jogja menjadi pilihan menu saya untuk makan siang. Saya punya banyak waktu menikmati Malioboro saat itu. Jadi santai saja tak usah terburu-buru.

Saya kembali ke hotel pukul 8 malam. Puas ya jalan-jalan hari itu. Ada satu tenteng plastik berisi syal batik, kemeja batik, outer batik hasil jalan-jalan di Malioboro. Nggak niat belanja tapi akhirnya belanja juga. Saatnya mandi dan tidur di kasur empuk sampai pagi.

meja makan antik (dok.yayat)

Mesin Jahit Dimodif jadi Meja Makan


“Selamat pagi”, staff hotel menyapa saya yang sedang menghampiri meja di untuk makan. Setelah menjawab sapaan mas staff hotel, saya sebutkan nomor kamar. Mas staff hotel mempersilakan saya mengambil minum yang sudah disediakan selagi sarapan dipersiapkan.

Ada 2 tamu yang sedang makan, duduk tak jauh dari saya. Ketika saya duduk, saya menyadari ada yang berbeda dengan meja di depan saya. Ternyata mejanya dibuat dari mesin jahit yang sudah dimodifikasi menjadi meja makan. Ya ampun… kreatif sekali. Meja makan antik ini serasi dengan kursi besi yang menjadi pasangannya.

sarapan pagi dua porsi (dok.yayat)

Mas staff hotel datang lagi membawa dua piring sarapan pesanan saya. Iya saya ambil jatah 2 sarapan walau saya menginap sendirian. Banyak makan ya saya. Menu sarapan ada dua macam, satu piring ala western berupa scrambled egg, sosis dan roti bakar. Menu satunya lagi adalah makanan lokal mie goreng dengan irisan ketimun dan telur. Rasanya cukup enak dan dua porsi sarapan habis saya lahap.

Masih ada beberapa jam sebelum waktu check out, saya gunakan untuk berleha-leha di kamar sembari menonton TV dan memantau timeline sosmed. Rasanya masih ingin menginap semalam lagi di hotel ini, apa daya saya sudah ditunggu dengan jadwal pekerjaan di Jakarta. Tak apa, kapan-kapan saya akan menginap di guest house ini lagi.











22 komentar

  1. Penginapannya masuk gang tapi tampak bersih dan asri ya mba. Seger banyak tanamannya. Dan kalo solo traveler kayaknya lebih nyaman nginepndi penginapan seperti ini. Duh jadi pengen ke Jogja juga nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nyaman dan bersih.. faktor ini yang bikin aku milih hotel.. soal harga baru faktor kedua..

      Hapus
  2. Suasananya sangat hommy sekali. Santai, segar, dan hijau. Dan juga meja makannya sangat kreatif terbuat dari mesin jahit. Jadi penasaran apakah itu mesin jahit yang memang sudah tidak terpakai, atau memang sengaja membuat dari mesin jahit ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kata mas staff resto itu mesin jahit emang nggak terpakai dan ownernya niat banget carinya sampe ke pelosok

      Hapus
  3. Yampun nyaman banget ini! Cocok banget tempat duduknya buat ngeteh atau ngopi sore. Aku malah jadi penasaran sama kamar mandinya. Nunggu fotonya tapi ga ada ya hehehe. Pengen tau segede apa hihi. Thanks for sharing mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku masih nggak bisa ambil angle yang bagus kalo motret kamar mandi.. jadi gak kepoto heheheh

      Hapus
  4. Memang di manapun menginap yang dicari itu kenyaman selain dekat dengan apa apa. Apalagi suasananya agak mellow gitu ya mba... enak aja lihatnya. Saya baru sekali ke Jogja.. mudah mudahan ada kesempatan lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sepi di sini karena orang nggak boleh wara wiri naik motor... mesinnya kudu dimatiin jadi gak brisik suara sekitarnya

      Hapus
  5. Seneng banget deh liat ambiencenya. Hijau-hijau, sederhana, tapi homey. Kayaknya perlu dibookmark nih biar pas ke Jogja bisa ke sini.

    BalasHapus
  6. Interiornya penuh dengan pot bunga, sungguh menyegarkan mata. Unik juga lokasi penginapannya.

    Memang benar, kurang lengkap rasanya jika ke jogja, tapi tidak mampir sejenak ke malioboro. Sejenak untuk berfoto, sejenak untuk menikmati secangkir kopi jos. Menikmati suasana jogja yang melegenda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebagai pecinta tanaman saya hepi banget nginep di hotel yang banyak tanaman... iya bikin seger mata

      Hapus
  7. Mauukkk k Jogjaaa
    Aku penasaran bgt ama pawon cokelat ini mbaaa

    Rencana kalo k Jogja mau nginep sini aahhh

    BalasHapus
  8. Enak banget ini suasananya..pan kapan kalo ke Jogja mau ah nyoba nginep di sana. Meja dari mesin jahitnya jd inget mesin jahit alm Bapak��

    BalasHapus
    Balasan
    1. mesin jait jadul ya... besinya awet banget itu

      Hapus
  9. Wahh, berasa banget tempatnya asri dan sejuk dengan rimbunnya tanaman. Kental banget atmosfir Yogya-nya. Apalagi, kalau pengen sekadar jalan-jalan ke Malioboro, aksesnya pun dekat dan mudah dijangkau. Oke banget nih mba rekomendasi guest house-nya. Tapi, yang paling tetap ya mba harga mesti terjangkau dong hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. harga terjangkau banget dan tinggal jalan kaki ke Malioboro... ke stasiun Tugu juga tinggal jalan kaki.. strategis banget

      Hapus
  10. Wah, unik banget ya. Jadi makin kangen Jogja. Dulu pas tinggal di Jogja aku pun suka nginep ditempat-tempat lucu. Sekarang sepertinya makin banyak tempat-tempat unik untuk menginap ya. Jadi banyak pilihan, nggak musti ke hotel-hotel terkenal gitu jadinya ya, Mbak? BTW, fotonya bagus-bagusssssssss

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ternyata di gang sempit ada hotel kece dan murah .. next pengen blusukan lagi cari hotel hotel kayak gini.. makasiii

      Hapus
  11. Itu mejanya kalau ga difoto dari samping bakalan ngga ketahuan kalau dari meja mesin jahit.
    Suasannya nyaman ya buat honeymoon kedua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. akupun gak sadar pas liat dari samping... unik dan kreatif banget emang nih

      Hapus
  12. Jadi kangen liburan. Tapi belom pernnah ke Jogja sih. Soal meja makannya, di Medan juga ada kok kedai kopi yang mejanya hasil modifikasi dari mesin jahit juga, namanya Omerta. Bisa mampir kak kalau ke Medan. Hehehe

    BalasHapus
  13. Maaf kalau bisa spill nama Guest housenya apa?
    Terima kasih

    BalasHapus