Saya adalah orang yang terbiasa bekerja. Bekerja di
kantor saya lakukan sejak lulus kuliah. Bahagia rasanya bisa mencukupi
kebutuhan diri sendiri dan kebutuhan orang tua dari gaji yang saya hasilkan
karena bekerja. Meski tak besar, gaji tersebut cukup untuk membantu orang tua
saya belanja kebutuhan sehari-hari dan membeli barang-barang yang saya
inginkan.
Ketika menikah, ada keinginan saya untuk berhenti bekerja
dan sepenuhnya mengurus urusan rumah tangga. Namun keinginan itu tidak
terlaksana ketika kami segera mempunyai anak setelah menikah. Kebutuhan
anak-anak yang meningkat membuat saya memutuskan terus bekerja demi membantu
pak suami mencukupi kebutuhan kami.
Meski bekerja, saya masih bisa mengurus anak-anak. Oh ya
selama saya bekerja, anak-anak dijaga oleh ibu saya (kini sudah wafat) yang
dibantu oleh seorang asisten rumah tangga. Keadaan ini membuat saya tenang
dalam bekerja, karena saya tau anak-anak saya akan aman. Saya pastikan
menyiapkan makanan anak-anak saya dulu sebelum berangkat ke kantor.
Tugas ibu saya dan asisten rumah tangga dalam mengawasi
dan mengurus anak saya selesai saat saya pulang ke rumah. Pengasuhan anak yang
utama adalah dilakukan oleh ibu dan ayahnya. Maka saat saya dan pak suami
pulang bekerja atau kami sedang libur, anak-anak sepenuhnya kami asuh dan kami
awasi.
Namun, kondisi anak-anak tak sepenuhnya fit. Adakalanya
mereka jatuh sakit karena kondisi cuaca yang sedang memasuki musim pancaroba
atau tertular temannya yang sedang sakit. Untungnya anak saya tak pernah
mengalami kondisi sakit yang parah. Sakit yang paling sering dialami anak-anak
saya adalah panas dan demam. Ini penyakit yang paling sering menimpa anak-anak
memang.
Anak saya 3 orang dan kebiasaan kalau sakit adalah sakit
satu sakit semua. Pertama si bungsu sakit, beberapa hari setelahnya si sulung
gantian sakit. Buat saya ini masuk dalam kategori wajar karena penyakit yang
disebabkan oleh virus memnag menyebar. Apalagi jika anak saya mengalami demam
plus batuk.
Jika anak sakit, saya tak akan tenang bekerja. Hati
was-was dan bisa sejam sekali saya menelpon ibu saya untuk menanyakan keadaan
anak-anak saya. Saya juga panik kalau mendengar handphone saya berbunyi. Takut
ibu saya memberi kabar tak enak mengenai anak-anak saya. Otomatis pekerjaan
saya menjadi terganggu. Saya bekerja sebagai seorang tenaga akunting di sebuah
perusahaan kala itu. Mengurusi keuangan perusahaan harus fokus dan detail.
Salah hitung bisa kacau akibatnya.
Sesekali saya bisa ijin jika anak saya sakit, namun
resikonya bekerja di perusahaan swasta, saya nggak bisa terlalu sering minta
ijin tidak masuk. Bisa dapet teguran yang berpotensi pada menurunnya performa kerja.
Hubungannya nanti ke bonus tahunan yang berkurang. Saya nggak bisa juga sering
ambil cuti karena anak sakit karena cuti itu saya gunakan untuk mengajak anak
jalan-jalan terutama saat liburan panjang. Anak-anak senang sekali diajak
liburan ke luar kota dan orang tua mana yang tak bahagia melihat anaknya
bahagia?
Beberapa kali saya membawa anak saya ke dokter, namun
saya berpikir, jika masih bisa ditangani di rumah, sebaiknya tak selalu harus
membawa anak ke dokter kan? Bukan masalah biaya, namun saya tak ingin anak saya
sering makan obat-obatan kimia. Iya memang menyembuhkan, cuma kalau terlalu
sering nggak bagus juga untuk kesehatan jangka panjang kan?
Hasil ngobrol dengan sesama ibu, saya mendapat satu obat
penurun panas yang aman dan terbukti menurunkan panas, namanya Tempra Syrup Paracetamol. Teman
saya sesama ibu-ibu bilang jika anaknya panas dan demam, ia memberikan Tempra
pada anaknya dan Alhamdulillah panas nya turun dan demamnya perlahan hilang.
Sang anak bisa aktif lagi beberapa hari kemudian. Wah mendengar itu, saya
langsung membeli Tempra.
Kebetulan si bungsu mengalami panas dan demam hari itu.
Kasian melihat ia malas bergerak dan hanya tiduran saja. Padahal ia sangat
ingin bermain dengan teman-temannya di luar. Tak tega melihat si bungsu seperti
itu, langsung saya berikan Tempra Syrup paracetamol yang saya beli dari apotik.
Ada gelas ukuran di dalam dusnya jadi saya bisa memberikan dosis tepat (tidak
over dosis atau kurang dosis) pada anak saya. Ukuran 5 ml adalah untuk anak 2-3
tahun dan 7,5 ml adalah untuk anak 4-5 tahun.
Saya berikan itu pada anak saya 2 kali sehari sesuai
petunjuk dari apoteker tempat saya membeli Tempra. Biasanya kalau memmberikan
obat jenis sirup, saya kocok dulu namun Tempra tidak perlu dikocok karena larut
100%. Alhamdullilah, panasnya berangsur turun dan demamnya juga tak sering
muncul. Dua hari setelah ia saya berikan Tempra, ia sembuh dan bisa aktif lagi
seperti sedia kala. Senang melihatnya bermain lagi bersama kakak dan
teman-temannya.
Kenapa Tempra Syrup Paracetamol menurunkan panas dan
demam? Karena Tempra mengandung paracetamol yang bekerja sebagai anti piretika
pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang
rasa sakit. Karena itu Tempra meredakan demam, rasa sakit dan nyeri ringan,
sakit kepala dan sakit gigi dan demam setelah imunisasi. Tempra aman di
lambung. Dengan Tempra, saya tak was-was lagi dengan kesehatan si buah hati.
Note : Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang
diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra
Kalau anak sakit emang jadinya khawatir banget yaa. Makanya perlu sedia obat kaya tempra ini. Di rumah aku selalu sedia tempra buat pertolongan pertama pas anak demam
BalasHapus