Sekarang sudah biasa kita melihat anak-anak usia sekolah
naik motor sendirian ke sekolah. Anak usia di bawah 17 tahun ini sudah pasti
belum memiliki SIM, namun dengan santainya wara wiwi ke mana-mana menggunakan
kendaraan sendirian. Seringkali cara mengendarainya juga ugal-ugalan, nggak
memikirkan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Prihatin bener.
Tentu kelakuan anak-anak seperti ini tak bisa dibiarkan. Sebagai
orang yang paham aturan berkendara, kita harus memberi pengertian kepada
anak-anak ini tentang gimana caranya tertib berlalu lintas. Melarang bisa saja,
tapi pengalaman saya sih jika anak-anak ini dilarang maka kelakuannya kian
menjadi-jadi.
Michelin Safety Academy (MSA) adalah program dari
Michelin Indonesia untuk mengajarkan tata tertib berkendara pada anak-anak
sekolah. Saya hadir pada press conference Michelin Safety Academy pada 4
Oktober 2017. Program ini dibuat atas dasar keprihatinan bahwa kecelakaan di
jalan raya di Indonesia rata-rata dialami oleh remaja usia 15-24 tahun.
Sementara korban meninggal akibat kecelakaan dialami oleh orang dengan usia
15-19 tahun.
Di acara kemarin, AKBP pak Aldo Siahaan, kepala KASI
Kemitraan Subdit Dimas Ditkamsel Korlantas RI mengatakan bahwa pengendara pemula
rentan terhadap pelanggaran lalu lintas karena tidak dikenalkan dengan cara
berlalu lintas yang baik dan benar. Banyak kasus kecelakaan diawali dari pelanggaran
lalu lintas. Misalnya, tidak menggunakan helm ketika berkendara, tidak mematuhi
rambu lalu lintas, berkendara dengan kecepatan tinggi dan lain-lain.
MSA ini mendapat dukungan dari Federasi Otomotif
International (FIA) dan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Mr Frederick Mueller III
selaku presiden direktur Michelin Indonesia mengatakan bahwa Michelin Indonesia
bangga bisa berpartisipasi dalam edukasi berkendara yang aman untuk para remaja.
Komitmen Michelin adalah mencetak pengendara muda agar menjadi pengendara yang
bertanggung jawab.
Para remaja di MSA dipilih dari sekolah-sekolah di
Jabodetabek dan Cilegon. Total ada 400 anak yang ikut dalam program MSA. Pemilihan
anak-anak ini didasarkan pada anak yang sudah berusia 17 tahun, punya KTP dan
sudah terbiasa membawa kendaraan sendiri ke sekolah. Pengajaran terbagi dalam
berkendara menggunakan motor dan mobil.
MSA serius memberikan edukasi, terlihat dari para pelatih
yang dipilih oleh MSA untuk memberi pengajaran. Ada 3 pelatih yang ahli di bidangnya
yaitu Diandra Gautama seorang pembalap mobil wanita, Fitra Eri seorang pembalap
profesional dan jurnalis otomotif serta MotoMobi pengulas otomotif yang juga
youtuber. Ketiga pelatih ini akan dibantu tim yang berasal dari kepolisian,
dirjen perhubungan dan Michelin Indonesia.
Para remaja akan diajari cara berkendara yang aman mulai
dari dasar. Misalnya cara mengecek tekanan ban, cara mengecek rem, apa saja
yang harus disiapkan sebelum berkendara dan yang terpenting adalah cara
mengelola emosi di jalan. Mengelola emosi itu penting, sebagian besar
kecelakaan terjadi karena emosi kita gampang meledak di jalan.
Saya pernah mengalami, mengendarai motor dengan kecepatan
sedang tiba-tiba disenggol pengendara dari sebelah kanan. Untung saya masih
bisa mengendalikan laju motor, tapi si pengendara itu malah menyalahkan saya,
katanya saya menghalangi laju motornya. Lah wong saya juga berkendara di
pinggir kok. Jika saya tak menahan emosi, mungkin pengendara itu sudah saya
kejar dan saya senggol balik. Tapi.. saya masih bisa berpikir dengan kepala
dingin, saya biarkan pengendara itu berlalu.
Emosi yang memuncak membuat fokus kita pada jalan raya
berkurang. Kebayang deh ya.. lagi naik motor, cuaca panas, macet pula terus ada
yang ugal-ugalan. Pengennya marah aja ke pengendara tersebut kan. Tapi lebih
baik hindari berhadapan dengan pengendara seperti ini. Biarkan aja dia lewat
duluan, daripada kita kena akibat dari ulahnya.
Para siswa yang mengikuti program MSA akan diikutsertakan
dalam ujian untuk mendapatkan SIM dan biaya untuk mendapatkan SIM itu
ditanggung oleh MSA. Misi MSA tidak berhenti setelah anak-anak ini mendapatkan
SIM karena anak-anak ini akan menjadi duta keamanan berkendara di masing-masing
sekolahnya. Anak-anak ini akan menjadi contoh bagi teman-temannya agar
teman-temannya juga ikut berkendara dengan aman.
Tidak ada komentar