Para Pembicara dan bu Inge (dok.yayat) |
Game menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang tua.
Sebisa mungkin orang tua menjauhkan anak dari bermain game karena game membuat
kecanduan dan bisa membuat anak melupakan aktivitas lainnya misalnya belajar.
Saya adalah tipikal orang yang tidak suka bermain game. Daripada bermain game,
saya lebih memilih berselancar di media sosial, mencari berita terkini atau
sekedar melihat foto-foto bagus di Instagram.
Anak saya juga bukan anak yang maniak game untungnya.
Jika main game, anak saya membatasi sendiri lama game yang ia mainkan.
Rata-rata hanya sejam. Itupun tidak setiap hari. Anak saya lebih memilih untuk
menggambar manga, kartun ala Jepang yang memang menjadi hobinya. Kalau
menggambar manga, ia tahan melakukannya berjam-jam. Atas hobinya ini saya masukkan
dia ke SMK jurusan animasi.
Para pembicara (dok.yayat) |
Nyatanya.. jaman yang begitu cepat berkembang dan
teknologi yang demikian maju melahirkan orang-orang sukses yang berawal dari
kegemarannya bermain game. Adalah mas Wisnu Sanjaya, CEO Cody’s App Academy. Ia
mengawali karirnya dari bermain game. Ia hobi main game dan melakukannya dengan
serius. Berkali-kali ikut lomba dan berkali-kali pula ia menang. Setelah itu ia
memula pekerjaan yang masih berhubungan dengan game. Karirnya terus menanjak
dan sekarang ia menjadi pimpinan di Cody’s App Academy.
Mas Wisnu Sanjaya menceritakan kisahnya di talkshow CoDe @BCA
yang bertema “Bagaimana Start Up memberikan manfaat untuk anak-anak” yang
berlangsung di Menara BCA Jakarta, Rabu 30 November 2016 lalu. Mas Wisnu
Sanjaya adalah satu dari tiga pembicara di acara ini. Pembicara lainnya adalah
mas Aranggi Soemardjan Founder Clevio dan bu Kurie Suditomo Co-Founder Coding
Indonesia. Acara dibuka dengan sambutan dari pak Sony Sudaryana, Head of
e-bussines technology Kementrian Kominfo. Saya hadir di acara ini bersama
sekitar 100 orang yang ingin tahu tentang start up. Banyak diantaranya
berstatus mahasiswa.
Pak Wisnu (dok.yayat) |
Satu kata yang sering disebut dalam takshow ini adalah
coding. Apa itu coding? Coding adalah salah satu langkah dalam pemograman.
Coding itu menerjemahkan persyaratan logika dari pseudocode atau diagram alur
ke dalam suatu bahasa pemograman baik huruf, angka dan simbol yang membentuk
program. Program apapun itu selalu berisi coding di dalamnya, nggak ada coding
ya nggak jadi program. Coding adalah asal mula lahirnya start up.
General Manager Corporate Social Responsibility (CSR) BCA
Inge Setiawati dalam acara ini mengatakan bahwa BCA menaruh perhatian pada
dunia pendidikan serta perkembangan dunia teknologi digital , BCA melalui Bakti
BCA mempertemukan para wirausaha pemula (start up) dengan pakar wirausaha yang
tengah sukses membangun dan mengelola bisnis yang berbasis teknologi. “Generasi
muda penerus bangsa perlu diberi kesempatan untuk berkiprah secara mandiri
dalam memajukan perekonomian bangsa salah satunya melalui jalur wirausaha”,
kata bu Inge Setiawati.
Pak Sonny (dok.yayat) |
Menurut bu Inge Setiawati, teknologi digital buat
anak-anak itu nggak selalu negatif tapi banyak yang positif juga. Dengan
kreativitas yang tinggi, anak-anak akan mempunyai masa depan dan karir yang
gemilang dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru seperti para wirausaha
yang hadir di acara ini. Untuk itulah Bakti BCA bekerja sama dengan Code
Margonda menyelenggarakan acara ini.
Didi Diarsa, Co Founder Code Margonda menjelaskan, untuk
lebih memudahkan masyarakat mempelajari coding, Code Margonda memberi pelajaran
tentang animasi, aplikasi Android hingga iOS dari yang berbayar hingga yang
free. Code Margonda telah melahirkan start up lokal, nasional dan
internasional. Code Margonda berkeinginan anak-anak nantinya akan mendapatkan
games yang berkualitas.
Ibu Kurie (dok,yayat) |
BCA sebagai bank terbesar di negeri ini memiliki start up
hasil karya anak-anak muda Indonesia, namanya Sakuku. Sakuku idenya berawal
dari salah satu peserta FinHack 2016 yang mempresentasikan sharing bill. Saya
hadir di acara ini dulu dan sangat takjub dengan ide kreatif para anak muda
ini. Nah keberhasilan FinHack 2016 makin mendorong BCA untuk berperan aktif
memajukan anak-anak muda dengan ide kreatif.
Acara berlanjut dengan penjelasan dari mas Aranggi
Soemardjan. Ia membuat Clevio karena berdasarkan pengalaman pribadi. Jadi mas
Aranggi punya anak yang introvert. Mas Aranggi sampai melakukan terapi karena
ia tak ingin anaknya terus menerus mengalami masalah pada hubungan sosial.
Ketika usia 4 SD, anak mas Aranggi membuat game melalui program Android. Ini
menyadarkan mas Aranggi bahwa bermain itu juga adalah sarana belajar.
Orang tua jangan melarang anak bermain game. Yang harus
dilakukan orang tua adalah what does he play, how does he play dan who does he
play with, kata mas Aranggi. Clevio menyediakan kursus dalam bentuk paket untuk
anak-anak sampai orang dewasa, bahkan kursus untuk ibu-ibu pun ada. Saya sempat
bertanya pada mas Aranggi selepas acara karena saya tertarik memasukkan anak
saya ke Clevio. Mas Aranggi bilang kalo Clevio punya paket khusus liburan dan
cabangnya tersebar di beberapa daerah. Tinggal cari mana yang terdekat dengan
lokasi rumah.
pemberian plakat (dok.yayat) |
Ibu Kurie Suditomo, Co Founder Coding Indonesia
mengatakan sebaiknya orangtua jangan melarang anak bermain game tapi berikan
syarat pada anak sebelum ia bermain game. Misalnya boleh main game setelah
mengerjakan PR. Anak akan punya tanggung jawab pada tugasnya dan mengajarkan
disiplin juga. Kebanyakan anak yang masuk ke Coding Indonesia itu awalnya
karena kecanduan game.
Sebaiknya orang tua mendiskusikan game yang akan
dimainkan oleh anaknya. Dengan begitu orang tua tau apa tujuannya si anak bermain
game dan anak juga tau game apa yang sebaiknya ia mainkan. Usia anak yang
teramat muda kadang belum bisa menilai baik tidaknya sebuah game bagi dirinya. Game
bisa jadi pembuka jalan buat si anak sebenernya, karena dengan game anak tidak
berhenti di tingkat “Microsoft Office” aja. Doh jadi ngerasa nih saya.. saya
bisanya cuman Microsoft Office.
Selanjutnya bu Kurie mengatakan tantangan terberat bagi
pengelola start up itu adalah promosi dan mengedukasi market. Masih banyak
orang tua yang nggak tau apa itu coding. Penting untuk mengedukasi market,
makanya kita harus membuat market itu sendiri, begitu kata bu Kurie. Bu Kurie
bercita-cita membuat coding menjadi mainstream, syukur-syukur masuk ke
Kurikulum Nasional, tapi ini masih sulit dilakukan. Mungkin nanti yaaa setelah
pemerintah tau betapa pentingnya coding.
Di acara kemarin saya ketemu seorang teman, bu Mercy
namanya. Ia punya anak yang seneng banget main game. Bu Mercy mengarahkan anaknya
hingga anaknya mengembangkan bakatnya. Di awali dengan maniak game, lalu anak
bu Mercy ini meningkat mempelajari program dan menjadi pembuat program. Andre,
anak bu Mercy, berhasil membuat aplikasi Cepat Sembuh.
Aplikasi ini memungkinkan orang-orang yang membutuhkan
pelayanan kesehatan bisa cepat mendapat pelayanan. Karena di aplikasi ini punya
informasi rumah sakit mana yang masih tersedia kamar sampai daftar untuk
pengobatan dokter tertentu pun ada di aplikasi ini. Aplikasi ini rencananya
akan diadopsi oleh Kementrian Kesehatan. Hebat ya… jadi mulai sekarang jangan
larang anak bermain game. Tapi arahkan dan kembangkan.
Tidak ada komentar