Hati-hati Musim DBD Datang Lagi, Cegah dengan #Ayo3MplusVaksinDBD



Pernah dengar tentang demam berdarah? Jadi begini, ini adalah penyakit serius yang bisa disebabkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi virus. Gak pandang bulu, bisa menyerang siapa aja, lho! Makanya, kita perlu banget tau gejalanya dan cara ngelindungin diri dari nyamuk-nyamuk itu. Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang bahayanya demam berdarah.

 

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2023 terdapat 114.435 kasus DBD di 465 Kab/Kota di 34 Provinsi dengan angka kematian mencapai 894 jiwa. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus dan mencegahnya dengan strategi ampuh.

 

Tips Menghindari DBD

 

Pada acara bersama Takeda dengan topik pencegahan DBD melalui 3M plus Vaksin. Salah seorang narasumber di acara tersebut adalah Dr Alvin Saputra. Dr Alvin Saputra ini adalah dokter dan konten kreator yang peduli banget sama kesehatan masyarakat. Nah beliau bagi-bagi tips simpel buat hindarin Demam Berdarah Dengue (DBD).

Pertama, dia bilang kita harus lakuin 3M: Menguras, Menutup, dan Mengubur. Biar tempat-tempat yang jadi sarang nyamuk Aedes aegypti, yang nyebar virus DBD, bisa kita hilangin. Kedua, dia saranin pakai kelambu waktu tidur malem. Katanya sih, kelambu bisa jadi penghalang buat nyamuk masuk ke kamar dan gigit kita pas tidur.



 

Terus, dia bilang juga penting pakai obat nyamuk dan lotion anti-nyamuk. Pilih obat nyamuk yang bagus dan lotion yang bisa ngusir nyamuk dari badan kita. Yang terakhir, vaksinasi juga penting banget, katanya. Dengan vaksinasi yang dijadwalin sama tenaga medis, tubuh kita bisa lebih kuat lawan virus penyebab DBD.

 

Selain Dokter Alvin, di talkshow itu juga ada Dokter Ngabila Salama, mkm. Dia bilang penting banget nih bagi masyarakat buat dapetin edukasi tentang Dengue secara digital biar bisa nyampein Zero Dengue.

Menurutnya, konten-konten digital bisa dibuat sama para kreator edukasi lewat platform online yang lagi ngetren sekarang. Dengan konten yang informatif dan gampang diakses, harapannya masyarakat jadi lebih ngerti tentang pentingnya langkah-langkah pencegahan DBD, kayak #Ayo3MplusVaksinDBD. Tapi, inget ya, jangan sebarin hoaks yang berbahaya lewat platform digital.

Dokter Ngabila juga bilang, dulu masyarakat sering banget pake cara konvensional buat ngasih tau pentingnya 3M buat hindarin DBD. Salah satunya lewat speaker masjid. Lewat pengumuman di speaker masjid, informasi tentang langkah-langkah pencegahan DBD bisa disebarkan lebih luas di masyarakat,khususnya di lingkungan yang aktif keagamaannya.

 



Nah, di acara yang sama, dr. Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dari Kementerian Kesehatan RI, bilang kalo buat mencapai target nol kematian akibat dengue tahun 2030, kita semua mesti ikut berperan. Katanya, penting banget buat bangun kerjasama yang solid antara pemerintah sama swasta.

Udah ada rencana jelasnya, yaitu Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Tapi, dia bilang, yang paling penting itu implementasinya harus dilakuin di level terendah, yakni keluarga. Makin banyak keluarga yang turun tangan, makin deket kita ke target <10/10.000 penduduk.

Dr. Imran juga nambahin kalo beberapa daerah udah nyatain status Kondisi Luar Biasa (KLB) Dengue. Penerapan 3M plus masih jadi kunci banget buat ngendaliin kasus DBD di Indonesia. Sampe minggu ke-11 tahun 2024, udah ada 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan 290 kematian.

Di bulan Maret aja, beberapa daerah udah nyatain KLB, kayak Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kabupaten Nagekeo. Makanya, pemerintah terus tekenin pentingnya 3M plus, dan juga mempertimbangkan cara pencegahan baru kayak Wolbachia dan vaksin DBD.

 



Untuk bikin landasan yang kuat, Takeda sama Kementerian Kesehatan bikin program bareng dan lempar Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD. Tujuannya buat ajak lebih banyak orang buat lebih paham soal DBD dan cara ngelindungin diri, termasuk ngasih tau tentang usaha-usaha pencegahan yang baru kayak Wolbachia dan vaksinasi.

Terus, kampanye ini juga disokong sama serangkaian obrolan, baik sama para pembuat kebijakan atau komunitas sosial, buat dukung usaha pencegahan dan penanggulangan DBD di Indonesia. Selain lewat program ini, komitmen Takeda dalam pencegahan DBD juga kita tunjukin lewat jadi salah satu anggota pendiri Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue, yang dimulai sama Kaukus Kesehatan DPR RI dan Kementerian Kesehatan.

Penghargaan dari PR Indonesia Award 2024

 

Berkat komitmennya, PT Takeda Innovative Medicines (alias Takeda) bangga banget karena dapet penghargaan perunggu dari PR Indonesia Award 2024, di kategori Program Corporate PR buat Perusahaan Swasta. Penghargaan ini mengakui kerja keras Takeda bareng Kementerian Kesehatan RI dalam melawan DBD di Indonesia lewat serangkaian kegiatan yang keren dan bermanfaat.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, bilang bahwa Takeda seneng banget dapet penghargaan istimewa dari PR Indonesia ini, sebagai bukti komitmen kita bareng Kementerian Kesehatan dalam melawan DBD di Indonesia.

“Ini menunjukkan betapa kita serius mau bikin perbedaan positif di kesehatan masyarakat, sesuai keahlian kita. Ini nggak akan mungkin tanpa dukungan dan sambutan baik dari semua pihak, termasuk Pemerintah Republik Indonesia lewat Kementerian Kesehatan, para mitra di bidang kesehatan, komunitas, dan masyarakat umum. Prestasi ini nggak cuma milik Takeda, tapi juga milik semua yang udah berusaha keras banget untuk mencegah dan mengendalikan DBD di Indonesia,” begitu kata bapak Andreas.

PRIA (PR Indonesia Awards) 2024 adalah kontes yang menilai kinerja humas/PR di berbagai instansi dan perusahaan, mulai dari swasta nasional & multinasional, BUMN, anak usaha BUMN, BUMD, pemerintah kota/kabupaten/provinsi, lembaga, kementerian, sampe perguruan tinggi.

Kontes ini ngecek karya kreatif/program/keberhasilan PR terbaik korporasi/instansi sepanjang Januari—Desember 2023. Udah digelar dari tahun 2024 dan udah nerima sekitar 699 karya dari 219 institusi dan perusahaan dari berbagai industri dengan kategori yang beda-beda, kayak PR Program, Crisis Management, Owned Media, Digital Canal, Annual Report, PR Department, dan CSR Communications.

Tidak ada komentar