Stunting masih menjadi permasalahan di negara kita. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6%. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4%. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%.
Stunting bisa disebabkan oleh bermacam hal. Namun penyebab utamanya adalah kekurangan gizi dan nutrisi di 1000 hari pertama kehidupan. Tak bosan pemerintah dan pemerhati kesehatan memberi edukasi soal stunting kepada masyarakat agar angka anak-anak stunting terus mengalami penurunan.
Dalam rangka memperingati Allergy Awareness Week 2023, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia mengadakan Webinar Bicara Gizi yang mengangkat tema “Ketahui Kaitan Anak Alergi Susu Sapi dengan stunting”. Kegiatan ini diadakan sebagai upaya memberikan pemahaman dan edukasi orangtua mengenai risiko alergi susu sapi yang memiliki potensi menyebabkan stunting.
Resiko Stunting pada Anak Alergi Susu Sapi
Dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH, dokter spesialis anak dan founder tentang anak mengatakan bahwa anak yang alergi susu sapi mencapai 7,5 % di Indonesia. Alergi susu sapi terjadi karena reaksi tubuh yang menganggap susu sapi berbahaya hingga muncul alergi seperti ruam kulit.
Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K) dokter spesialis anak konsultan alergi imunologi menjelaskan saat anak minum susu sapi, sistem imun menganggapnya sebagai zat asing berbahaya, sehingga melepaskan zat kimia yang disebut histamin yang merupakan suatu zat kimia yang diproduksi saat tubuh alami alergi untuk melawannya.
Fungsi dari histamin itu sendiri adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai zat yang membahayakan, hal inilah yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi. Penyebab alergi dapat berupa makanan atau sesuatu yang terhirup.
Gejala alergi susu sapi yang timbul pada anak berupa anak mendadak biru, tensi turun atau tiba-tiba pingsan. Eksim 35% banyak terjadi anak usia di bawah 1 tahun. Sering pula terjadi biduran / ruam kulit menonjol dan ada pembengkakan di kulit.
Gejala asma anak dialami oleh anak di bawah umur 1 tahun. Sementara Sebagian anak yang alergi susu sapi mengalami gangguang saluran cerna sehingga menderita diare, kolik dan terjadi anemia dalam jangka panjang.
Dr. Zahrah juga menambahkan bahwa kandungan nutrisi di dalam susu sapi, seperti protein, kalsium, kalium, vitamin B12, dan vitamin D yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat diterima oleh anak alergi susu sapi, sehingga rentan terjadi malnutrisi. Jika tidak diatasi dengan baik, maka dapat berpotensi terjadi dampak yang berkepanjangan. Terlebih lagi diet eliminasi yang tidak tepat tanpa penggantian jenis makanan yang memadai dapat berpotensi stunting pada anak.
Namun tidak semua gejala alergi itu memastikan bahwa anak memang alergi susu sapi. Jika orang tua ingin tahu anak alergi atau tidak, cek gejala dan histori apakah keluarga anak ada yang alergi.
Kemudian lakukan screening untuk mendeteksi penyebab alergi. Cara deteksinya adalah dengan memperhatikan anak ketika memakan atau menyentuh sesuatu, apakah anak langsung batuk, bersin atau mengalami ruam.
Pemenuhan Nutrisi untuk Anak Alergi Susu Sapi
Ayah bunda tak perlu panik dan khawatir ya, karena alergi makanan membaik di tahun pertama dialami oleh 55% anak. Kemudian membaik di tahun kedua dialami oleh 60-75% anak. Sementara anak alergi makanan bisa membaik di tahun ketiga, ini dialami oleh 90% anak yang menderita alergi.
Stunting yaitu kondisi serius ditandai dgn tinggi badan anak di bawah rata-rata dan tidak berkembang sesuai anak seusianya. Stunting adalah anak pendek tapi anak pendek belum tentu stunting.
Anak yang alergi sering sakit maka butuh nutrisi lebih banyak yang menjamin tumbuh kembang anak dan bisa melengkapi nutrisi. Alergi susu sapi bisa menyebabkan stunting karena :
- Terjadi penghindaran makanan dengan protein tinggi dalam jangka waktu lama
- Penghindaran tanpa dasar yang jelas sehingga makanan penting dihindari
- Nafsu makan menurun karena pilihan makanan terbatas
- Pemilihan makanan pengganti yang tidak pas
- Sering sakit sehingga nafsu makan berkurang
- Kurang tidur
- Radang saluran cerna > malabsorbsi
Anak stunting terjadi pada anak alergi di bawah 3 tahun. Dampak stunting adalah memperlambat perkembangan otak. Dampak jangka panjangnya anak mengalami keterbelakangan mental, kemampuan belajar rendah dan resiko serangan peyakit kronik seperti hipertensi, diabetes hingga obesitas.
Penting untuk mencegah terjadinya stunting pada anak dengan cara mendeteksi penyebab alergi. Segera konsultasi ke dokter spesialis anak untuk mencari penyebab alergi dan solusi agar anak tidak kekurangan nutrisi.
Makanan penyebab alergi bisa dihindari tapi penghindaran makanan harus berdasar hasil diet eliminasi dan provokasi. Ada resiko malnutrisi dan stunting pada anak yang dipantang banyak dan lama. Makanan pengganti harus sesuai dan pantau penambahan berat dan tinggi badan. Segera konsultasi ke dokter bila curiga anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
Stunting pada anak alergi susu sapi sering terjadi pada anak yang paparan alergennya kontinyu pada pasien yang tidak patuh diet, allergen tidak terdiagnosa dan allergen yang masih ada di formula pengganti.
Ingat ini ya bun :
- Anak dengan alergi lebih dari satu allergen memiliki resiko terjadinya gangguan tumbuh kembang lebih besar
- Asupan kalori yang memadai sangat penting untuk anak alergi
- Sumber protein dengan nilai biologis tinggi merupakan allergen primer antara lain susu, telur, kedelai, ikan dan kacang
- Diet yang direncanakan harus memastikan asupan asam amino esensial yang cukup melalui pelengkap sumber protein alternatif seperti kacang-kacangan dan sayuran.
- Perhatian khusus : anak alergi harus pantang dua atau lebih sumber protein hewan sehingga penting pengganti sesuai
Anak anak yang mengalami alergi makanan memiliki resiko malnutrisi dan gangguan pertumbuhan yang lebih tinggi. Konsekuensi malnutrisi dan gagal tumbuh dampak dari meningkatnya kebutuhan namun orang tua mengalami kesulitan dalam pemberian makanan, eliminasi diet, sumplemen asi yang tidak mencukupi, restriksi berbagai jenis makanan dan substitusi yang tidak sesuai.
Chaca Thaib, influencer dan ibu dengan anak alergi susu sapi berbagi pengalaman ketika anaknya menderita alergi susu sapi. Jangan panik, kata mbak Chacha Thaib. Ia segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak dan anaknya menjalani terapi selama 6 bulan. Saat ini anaknya berusia 3 tahun dan alerginya membaik.
Orang tua memiliki peran penting dalam menghadapi kondisi anak alergi susu sapi dengan mengendalikan faktor penyebab alergi. Namun sebelumnya orang tua harus berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter terkait gejala yang terjadi pada anak. Mengikuti saran dokter, orang tua dapat mulai menghindari makanan pencetus alergi dan memberikan nutrisi alternatif untuk anak alergi susu sapi.
Tidak ada komentar