Lawan Stigma, Penderita Kusta dan Anak Down Syndrome bisa Hidup Setara dengan Anak Lainnya



Masyarakat kita banyak yang belum menerima kondisi para penyandang disabilitas. Banyak yang masih memandang sinis keberadaan para penyandang disabilitas, karena mitos dan stigma yang berkembang di masyarakat. Ini sungguh disayangkan mengingat saat ini, informasi yang benar tentang apa dan bagaimana penyandang disabilitas itu sungguh mudah didapat.


Untuk memberi pemahaman tentang informasi yang benar mengenai penyandang disabilitas, Ruang Publik KBR mengadakan siaran live via YouTube yang mengambil judul Lawan Stigma Untuk Dunia Yang Setara pada 30 Maret lalu. Hadir sebagai narasumber, Ibu dr. Oom Komariah, M.Kes selaku Ketua Pelaksana Hari Down Syndrome Dunia (HDSD) dan Mbak Uswatun Khasanah yang merupakan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).


Kusta Bukan Penyakit Kutukan


Kusta adalah penyakit yang menyerang kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin dan berlangsung dalam waktu yang lama. Kusta tak dapat menular dalam proses yang sebentar.


Selain menular melalui percikan, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kusta yaitu bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti armadillo atau simpanse, menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta dan memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh.


Kusta ada dua jenis yaitu kusta basah dan kusta kering. Kusta basah diderita oleh mbak Uswatun Khasanah sejak usia 14 tahun. Setelah mendapat diagnosis bahwa ia menderita kusta, ia menjadi down dan depresi. Apalagi ditambah dengan reaksi lingkungan sekitar yang menganggap mbak Uswatun mendapat penyakit kutukan dan berbagai mitos negatif lainnya. 

\


Namun, keluarga mbak Uswatun sungguh mendukung mbak Uswatun untuk sembuh. Dengan dukungan dari keluarga dan keinginan untuk sembuh yang perlahan meningkat, mbak Uswatun menjalani proses pengobatan yang berlangsung lama dan akhirnya sembuh. Metode pengobatan utama penyakit kusta atau lepra adalah dengan obat antibiotik. Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan jenis kusta yang diderita.


Selain menjalani pengobatan di rumah sakit, mbak Uswatun juga memperhatikan pola makan. Karena penyembuhan kusta tak hanya dari obat-obatan medis namun juga dari gizi yang masuk ke dalam tubuh. Setelah berobat selama 1 tahun, mbak Uswatun akhirnya dinyatakan sembuh. 


Perkembangan dunia pengobatan sekarang ini, memungkinkan penyakit kusta yang dulu sulit disembuhkan menjadi bisa disembuhkan. Hal ini semestinya bisa menjadi perhatian masyarakat yang masih malakukan diskriminasi pada penderita penyakit kusta dan masih percaya dengan semua mitos yang berkembang. Edukasi mengenai penyakit kusta harus sering diberikan, salah satunya melalui acara yang diselenggarakan oleh Ruang publik KBR. 



Anak dengan Down Syndrome Bisa Hidup Normal


Punya anak yang memiliki Down Syndrome sungguh sebuah ujian kesabaran untuk para orang tua. Ini dialami oleh Ibu dr. Oom Komariah, M.Kes yang memiliki anak dengan Down Syndrome. Secara jujur bu Oom bercerita ia pernah depresi dan hampir melakukan tindakan negatif ketika mengetahui anaknya Down Syndrome. 


Depresi ini juga disebabkan ketakutan bu Oom atas respon negatif lingkungan sekitar pada anaknya yang Down Syndrome. Bu Oom mencemaskan masa depan anaknya dan khawatir ia tak dapat mendampingi anaknya hingga dewasa. Namun untungnya ia segera tersadarkan. Ia menerima kehadiran anaknya yang Down Syndrome dengan ikhlas dan hati terbuka. 


Ada beberapa faktor dibawah ini dipercaya bisa meningkatkan risiko bayi lahir dengan down syndrome seperti :

- Mempunyai adik atau kaka dengan down syndrome.

- Wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun.

- Jika mempunyai bayi dengan down syndrome.

- Usia ibu saat mengandung merupakan faktor yang bisa meningkatkan risiko mempunyai bayi dengan down syndrome.

- Wanita yang mempunyai anak dengan down syndrome bisa berisiko melahirkan bayi dengan kondisi tersebut pada kehamilan berikutnya.

- Faktor down syndrome lainnya adalah faktor keturunan.


Sindrom down atau disebut dengan down syndrome, merupakan adanya gangguan genetika yang menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik yang tidak bisa disembuhkan. Pada umumnya, anak dengan down syndrome mempunyai tingkat kemampuan belajar yang kurang dan menghambat pertumbuhan yang menyebabkan perbedaan satu dengan yang lain namun jika diberikan dukungan dan perhatian yang maksimal, maka mereka bisa tumbuh secara bahagia. 


Pendampingan keluarga pada anak yang menderita Down Syndrome terutama dibutuhkan dalam hal : 

- Mempunyai akses perawatan kesehatan yang baik.

- Mengikuti program yang mendukung bagi anak pengidap down syndrome.

- Mengikuti organisasi akan edukasi dan dukungan untuk bertukar informasi.

- Mempunyai dan menjadi kehidupan keluarga senormal mungkin.


Dr. Oom bersama para orang tua lain yang memiliki anak down syndrome mendirikan komunitas POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome) sebagai wadah bagi para orang tua untuk saling berbagi rasa, bercerita, bertukar pikiran dan saling mendukung satu sama lain dalam membesarkan anak-anak mereka. Saat ini POTADS sudah memiliki 10 cabang dan bekerjasama dengan berbagai rumah sakit.


Selain menjadi sarana saling support, POTADS juga memberi edukasi pada masyarakat mengenai Down Syndrome dengan cara mengadakan seminar edukasi dan berbagai kegiatan lainnya. Tujuan edukasi ini adalah agar masyarakat tidak lagi memberikan diskriminasi dan respon negatif pada anak-anak Down Syndrome. Sehingga anak-anak ini bisa tumbuh normal sebagaimana anak-anak lainnya. 


Seperti yang disampaikan oleh ibu Oom, "Anak-anak dengan down syndrome bisa hidup normal, belajar dan meraih prestasi juga. Maka diperlukan ketekunan orang tua dalam melakukan stimulasi dengan teratur supaya anak bisa tumbuh tidak terlalu jauh dari anak-anak normal lainnya dan perlunya dukungan masyarakat agar para orang tua dengan anak-anak Down Syndrome bisa menjalankan tugasnya dengan baik."










Tidak ada komentar