Bersepeda dan Jalan Kaki untuk Bumi Nol Emisi


Tiap sore sejak masuk bulan Ramadan, jalan raya dekat rumah kerap dipadati oleh kendaraan. Orang-orang berboncengan motor dengan anak dan istrinya, ngabuburit sembari membeli takjil. Orang yang naik motor bercampur dengan pengendara mobil yang pulang dari kantor. Hasilnya, jalan raya yang tak seberapa lebar, macet dengan kendaraan dari dua arah. Jangankan naik motor, untuk berjalan kakipun susah.


Saya menghindari keluar rumah di sore hari demi menghindari macet dari orang-orang yang ngabuburit. Namun karena ada urusan penting, saya terpaksa keluar rumah juga. Hasilnya, ketika sampai ke rumah, nafas saya sesak dengan asap knalpot kendaraan. Lelah sekali.


Saya sering heran dengan orang-orang, hanya membeli takjil dan jaraknya dekat kok harus menggunakan motor. Selain menyebab macet, asap kanlpot kendaraan membuat polusi udara. Sementara di pinggir kiri kanan penuh dengan pedagang makanan. Asap knalpot hinggap ke makanan dan masuk ke tubuh kita. Akhirnya tubuh terpapar dengan radikal bebas dari asap dan knalpot kendaraan.



Bersepeda dan Jalan Kaki untuk Bumi Nol Emisi


KBR bersama Greenpeace mengadakan bincang-bincang tentang nol emisi melalui kegiatan bersepeda dan jalan kaki. Berdasarkan laporan dari World Equality, Indonesia ini menduduki peringkat ke-17 dengan kualitas udara, PM2.5 terburuk di dunia. PM2.5 ini adalah bentuk dan bagian dari pencemar udara dan singkatan dari Partikular Meter yang berukuran 2.5 mikro meter. 42%-57% partikular meter tersebut berasal dari asap kanlpot kendaraan seperti motor dan mobil. 


Mas Fahmi Saimima (Ketua Umum Bike to Work Indonesia) menjelaskan, emisi sempat berkurang saat pandemi, di mana orang banyak melakukan work from home. Kemudian kesadaran orang-orang atas kesehatan makin meningkat karena Covid-19. Ingat kan ya, kegiatan bersepeda sempat booming ketika pandemi. Hingga sepeda harganya naik tinggi karena diburu orang. Sosial media penuh dengan orang-orang yang posting ketika bersepeda.


Seiring pandemi yang makin berkurang, kesukaan orang-orang untuk berseda juga berkurang. Bersepeda masih dilakukan hanya sebagai selingan kegiatan. Yang benar-benar masih menggunakan sepeda adalah mereka yang memang sejak dulu menggunakan sepeda untuk bekerja, contohnya komunitas Bike to Work. Mengurangi emisi hanya sekedar jargon belaka. 


Menurut mbak Rizkiana Sidqiyatul Hamdani (Peneliti Urban Greenpeace Indonesia) emisi karbon sebenarnya bisa dipangkas, jika kita menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Namun, jika harus sampai sampai nol emisi itu butuh berapa orang yang harus bersepeda. Untuk menuju nol emisi, butuh kerjasama dari berbagai pihak, masyarakat, lembaga juga pemerintah.



Sayangnya pemerintah belum menggarap serius program nol emisi ini. Pemerintah malah membuat program bebas pajak untuk pengurusan STNK atau membeli kendaraan listrik. LRT dan MRT disediakan namun ajakan untuk menggunakan transportasi umum kurang digaungkan. 


Bapak Marzuki Wahid (Rektor Institut Studi Islam Fahmina ISIF & Pengurus Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama), bahwa Allah menciptakan manusia bukan sebagai penikmat alam semesta dan segala isinya. Mencintai Allah adalah dengan cara mencintai manusia juga mencintai alam semesta. Maka menjaga bumi berarti menjaga amanah Sang Maha Pencipta.


Islam sangat mengajurkan untuk kita hidup ramah lingkungan. Hidup di dunia ini hanya sementara dan setelah kita ada generasi selanjutnya, jangan sampai meninggalkan bumi tidak layak huni untuk umat manusia dan makhluk lainnya. Kebutuhan primer yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia dan juga alam semesta, jangan sampai di privatisasi atau dibuat komersialisasi karena ini milik Allah, dan semua makhluk berhak menikmatinya. 


Mas Fahmi memberi saran untuk kita semua agar sama-sama menjaga bumi dengan cara bersepeda  :

1. Kenali potensi diri, apakah sepeda sebuah jawaban untuk representasikan kesenangan. Jadikan sepeda sebagai sahabat terbaik dan teman untuk beraktivitas dan yakinkan ini sebuah kebaikan.

2. Lakukan bersepeda dengan jarak terdekat dulu.

3. Pastikan sepeda itu sudah sesuai dengan apa yang kita butuhkan, sepeda mini atau sepeda ibu-ibu biasa.

4. Memperkenalkan sepeda ini kepada masyarakat, dan sebuah kebaikan yang perlu dilestarikan.


Yuk.. mulai kurangi berkegiatan dengan kendaraan bermotor untuk bumi yang lebih baik. 








Tidak ada komentar