Sumur Resapan, Menabung Air untuk Masa Depan

Pembangunan sumur resapan adalah salah satu metode buatan termudah untuk meningkatkan sumber air tanah. Sumur resapan menampung air hujan ke dalam beberapa sumur kecil agar air dapat meresap ke lapisan akuifer, yaitu lapisan tanah yang dapat menyimpan air. Simpanan air ini bermanfaat untuk digunakan di musim kemarau, di mana air tanah biasanya berkurang debitnya.


Air yang terkumpul di lapisan akuifer dapat digunakan selama musim kemarau untuk mengisi sumur dangkal atau meningkatkan aliran mata air dan memenuhi kebutuhan air untuk kebutuhan masyarakat yang tinggal di hilir sungai. Untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sumur resapan memberikan solusi yang sederhana, tepat dan mudah untuk direplikasi. 


Saya bersyukur diajak USAID IUWASH berkunjung ke Salatiga Semarang tanggal 10 hingga 12 Maret kemarin dalam rangka melihat langsung instalasi sumur resapan yang dibangun oleh USAID IUWASH. Berdasarkan kesuksesan yang dicapai oleh program USAID Environmental Services Program (ESP) sebelumnya, sumur resapan ini sangat menjanjikan dalam memulihkan sumber air.

Setelah berhasil meningkatkan kualitas dan debit air di Cikareo Desa Cibogo Jawa Barat, USAID IUWASH bekerjasama dengan pemerintah daerah Salatiga membangun sumur resapan untuk meningkatkan kualitas dan debit mata air Senjoyo dan mata air Kalitaman yang menurun selama 9 tahun terakhir. Dua mata air adalah sumber air untuk PDAM Salatiga, masyarakat sekitar juga industri. Jadi penting untuk mempertahankan kualitas dan debit airnya. 




 

Melihat Sumur Resapan di Kelurahan Randuacir


Hari pertama kedatangan saya di Salatiga, saya langsung menuju Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo. Ada 2018 kepala keluarga di Randuacir dan penduduknya terdiri dari 3192 laki-laki serta 3211 perempuan. Lebih banyak perempuannya ya ketimbang laki-laki. Masyarakat Randuacir bekerja sebagai petani, karyawan dan buruh.

Kelurahan Randuacir adalah salah satu daerah resapan dari mata air Kalitaman. Mata air Kalitaman penting untuk Salatiga karena airnya menjadi air baku utama PDAM Salatiga. Mata air Kalitaman itu sendiri punya wilayah resapan yang membentang ke arah lereng barat daya Gunung Merbabu dengan variasi tata guna lahan berupa pemukiman, perkantoran, pasar, peternakan, TPA Ngronggo, tegalan dengan kemiringan lereng datar hingga terjal ke bagian hulu. 



Meski jadi air baku utama PDAM Salatiga, namun banyak masyarakat membuang limbah rumah tangga ke drainase yang mengalir ke Mata Air Kalitaman akibatnya kualitas mata air jadi terancam. Selain kualitas berkurang, kuantitas mata air Kalitaman juga mengalami penurunan sekitar 41 persen selama 9 tahun terakhir. Kondisi ini mengganggu proses produksi air PDAM Salatiga.

Akibat penurunan kuantitas, aliran sungai dari mata air Kalitaman kerap berkurang drastis di musim kemarau. Air tanahnya juga mengering akibat kemarau. Bapak Untung Suripno adalah seorang warga Randuacir. Pada kami yang mendatangi rumahnya ia berkisah, ia harus mencari air ke lokasi yang berjarak 1,5 km dari rumahnya demi memenuhi keperluan rumah tangga. 



Di lokasi ini ada mata air yang airnya masih mengalir walau minim. Air tak serta merta ia bawa pulang, ia harus antri bersama warga lainnya. Karena keterbatasan, ia hanya bisa membawa derigen untuk menampung air. Air yang ditampung dalam derigen ini digunakan untuk memasak, mandi dan memberi makan ternak. Bisa kita bayangkan seberapa sulitnya membagi air untuk keperluan penting ini.

Karena itu, ketiga ada program sumur resapan, ia gembira sekali dan merelakan tanahnya dibangun sumur resapan. Ada 2 titik sumur resapan di RT 01, tempat tinggal pak Untung dan tanah pak Untung adalah salah satu lokasi dibuatnya sumur resapan. Dengan bersemangat, ia tunjukkan sumur resapan di halaman rumahnya kepada kami yang datang ke sana.

Sumur resapan dalamnya bisa 30 meter dan berdiameter 2 meter. Di dalam sumur resapan dibeli lapisan batu dan ijuk untuk menyaring kotoran. Secara berkala, ijuk ini diangkat dan sampah yang tersaring di sini dibuang. Dengan penyaringan ini, air lebih mudah meresap ke tanah. Namun untuk membuat air tanah kuantitasnya banyak lagi, butuh proses, tak serta merta sekarang dibuat sumur resapan lalu bulan depan air berlimpah. Setidaknya menabung air sekarang untuk kebutuhan di masa depan. 



Total ada 50 sumur resapan yang dibangun di Kelurahan Randuacir. Pembangunan menggunakan APBD 2019. Proses pembangunannya berlangsung sejak September 2019 hingga Desember 2019. Jumlah ini akan ditambah dengan menyesuaikan kebutuhan. Karena USAID IUWASH PLUS merekomendasikan pembangunan 300 sumur resapan per tahun di daerah imbuhan Mata Air Kalitaman untuk meningkatkan debit mata air tersebut hingga mencapai 150 liter per detik.

 

Mata Air Senjoyo yang Mengalir Sampai Jauh


Perjalanan kami selanjutnya adalah mengunjungi Mata Air Senjoyo. Mata Air Senjoyo adalah salah satu sumber air baku utama PDAM Kota Salatiga. Mata air ini terletak di kaki gunung Merbabu dengan wilayah resapan membentang ke arah lereng tenggara Gunung Merbabu dengan variasi tata guna lahan berupa pemukiman, kebun rakyat, sawah, tegalan dan ladang di bagian hulu. Kelurahan Randuacir adalah salah satu wilayah resapan mata air Senjoyo.

Sore belum menjelang namun cuaca di mata air Senjoyo meredup. Bukan karena hari akan hujan namun karena area mata air dipenuhi pepohonan yang tinggi sekali hingga menghalangi sinar matahari. Suara gemericik air nyaring terdengar dari sungai yang melewati bangunan utama Mata Air Senjoyo. Di bangunan inilah terdapat sumber mata air Senjoyo. Aman terlindungi dalam 2 bangunan utama bercat biru. 




Dalam beberapa tahun terakhir, debit mata air Senjoyo mengalami penurunan. Terjadi penurunan debit sekitar 25% dalam kurun waktu 13 tahun. Di saat musim kemarau, penurunan debit air bahkan mencapai 40%. Penurunan ini terjadi karena pemakaian air sevara terus menerus tanpa adanya penambahan kuantitas air tanah. Mata air Senjoyo selain digunakan oleh PDAM  Salatiga, digunakan juga oleh industri dan masyarakat.

Tak bisa dibayangkan bagaimana nasib masyarakat, industri dan PDAM jika mata air Senjoyo tak segera diselamatkan. Berangkat dari kondisi yang terjadi di mata Air Senjoyo, program USAID IUWASH terdahulu bekerjasama dengan Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) dan Lembaga Swadaya Masyarakat Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thoyibah (SPPQT) memprakarsai konservasi sumber daya air tanah melalui pembangunan sumur resapan di wilayah mata air Senjoyo. 




Sumur resapan ini berfungsi menangkap, menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah untuk menambah jumlah cadangan air tanah di wilayah resapam mata air Senjoyo yang pada akhirnya akan meningkatkan dan menambah debit mata air Senjoyo itu. Pembangunan sumur resapan dimulai sejak tahun 2014 di 6 lokasi di kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yaitu Kelurahan Noborejo, Desa Gogik, Candirejo, Butuh, Jetak dan Patemon.

Sampai tahun 2017, ada 954 sumur resapan telah berhasil dibangun di 6 lokasi tersebut yang dampak positifnya telah meningkatkan debit mata air Senjoyo dari 800 liter per detik di 2015 ke 1.100 liter per detik di 2017. Karena sumur resapan, air melimpah di mata air Senjoyo. Saya melihat sendiri bagaimana derasnya air di sumber mata air Senjoyo. Selain deras, airnya juga bening dan dingin. 




Sumur resapan telah membuat Salatiga berkontribusi mengamankan air di Semarang. Namun, ada masalah yang cukup mengganggu yaitu beberapa sumur resapan tidak dirawat sehingga tidak berfungsi maksimal. Karena itu pemerintah setempat melalui perangkat desa selalu menghimbau warganya untuk merawat sumur resapan. Sampah yang tersangkut di penyaring sumur resapan harus dibuang secara berkala.

 

IAIN Salatiga Ikut Bangun Sumur Resapan


Hari kedua kedatangan saya di Salatiga, giliran IAIN Salatiga yang saya dan teman-teman datangi. IAIN Salatiga merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri Islam di Salatiga. Hingga akhir 2019, IAIN Salatiga mempunyai 15 ribu mahasiswa dan tiga kampus yang jarak antara satu kampus dengan yang lainnya sekitar 2 km. Kebayang kan betapa luasnya kampus ini. 



IAIN Salatiga berkomitmen menjadi kampus hijau dengan cara menyediakan 60 persen lahan kampus sebagai ruang terbuka hijau, membangun hutan serbaguna yang ditanami dua ribu bibit pohon, penggunaan air limbah AC untuk menyirami tanaman, pengelolaan sampah dan penggunaan energi terbarukan. Seluruh program ini dilakukan dengan penuh kesadaran oleh para mahasiswa kampus.

IAIN Salatiga sungguh tertarik dengan program sumur resapan dari USAID IUWASH dan berkomitmen ikut serta dalam menyelamatkan air tanah. Apalagi kampus 1 dan 2 IAIN Salatiga terletak di imbuhan Mata Air Kalitaman. Ketika saya ke kampus ini, ada peletakan batu pertama pembangunan sumur resapan. Total ada 10 sumur resapan yang dibangun di kampus yang sungguh luas ini.

Saya berharap sumur resapan seperti ini bisa dibangun di daerah lain, kalau bisa di seluruh Indonesia. Agar kita tak lagi mengalami kekurangan air. By the way.. yuk menghemat air. Gunakan air dengan bijak ya agar air tanah tak terbuang percuma. Ingat.. keberadaan air penting bagi kita maka penting juga menyelamatkannya.

1 komentar

  1. Aku suka foto yang pertama. Kayak tempat yang biasa dijadiin tempat foto, ternyata itu sumber air yaaa..

    Gak kebayang suatu saat nanti, bumi tidak lagi menyediakan air untuk kita

    BalasHapus