Setiap saya menyambangi Yogyakarta, saya selalu menyempatkan diri untuk datang ke Malioboro. Stasiun Tugu tempat saya naik kereta api kembali ke Jakarta dekat sekali dengan jalan ini. Jadi sembari menunggu kereta berangkat, saya isi waktu luang dengan berjalan-jalan di Malioboro atau sekedar duduk di kursi yang ada di sepanjang jalan Malioboro.
Jumat, 25 Oktober 2019 lalu, saya putuskan menginap di daerah sekitar Maliioboro sebelum kembali ke Jakarta. Saya tiba di Yogyakarta untuk sebuah urusan beberapa hari sebelumnya. Ceritanya saya ingin "me time" dulu sekaligus menyegarkan pikiran dari kesibukan pekerjaan. Saya menginap di Pawon Coklat Guest House yang berjarak 10 menit jalan kaki dari Malioboro dan 10 menit jalan kaki ke Stasiun Tugu. Lokasi yang strategis kan.
Pengalaman Bersepeda di Malioboro
Satu hal yang sejak dulu ingin saya lakukan di Malioboro adalah menyewa sepeda yang banyak terdapat di Malioboro. Sepeda disewakan untuk kita yang ingin menikmati Yogyakarta dengan bersepeda. Jenis sepedanya ada beberapa, ada yang model sepeda onthel, ada juga yang jenis sepeda gunung. Kita bisa bebas memilihnya.
Sore itu, setelah berbelanja batik di pasar Beringharjo, saya berjalan pelan sembari menikmati keramaian Jalan Malioboro. Padahal Jumat sore itu bukan hari libur, namun jalan raya sudah dipenuhi pengunjung yang sama menikmati keramaian Malioboro. Banyak yang menggunakan kaos seragam, nampaknya mereka adalah orang-orang yang datang secara rombongan.
Jalan Malioboro bukan hanya dipenuhi pedagang batik, namun juga penjual jajanan dan toko-toko yang menjual oleh-oleh. Penjaja minuman paling banyak diserbu pengunjung. Sore itu memang cerah namun kelembaban udaranya cukup bikin kering tenggorokan. Minum segelas air jeruk segar akan bikin kerongkongan segar kembali.
Beberapa kali mata saya tertumbuk pada jajaran batik yang dijual para pedagang. Batiknya bagus-bagus. Namun saya menahan diri untuk tak membelinya. Satu outer batik dan 3 syal panjang batik di kantong plastik yang saya bawa, sudah cukup menjadi barang belanjaan saya hari itu. Jika jalan-jalan di Malioboro, kita memang harus punya niat membatasi diri untuk tak belanja banyak, kalau tidak, isi kantong bisa habis hanya untuk berbelanja.
Tak lama berjalan, saya melihat deretan sepeda warna merah dan putih yang berjajar rapi. Sepedanya jenis sepeda onthel, dengan keranjang di bagian depan. Wah.. kan saya memang ingin bersepeda, kesempatan ini.. begitu pikir saya. Segera saya hampiri mas yang menunggu sepeda.
Saya bertanya mengenai sewa sepeda ini kepada mas penjaga yang ramah sekali. Ia menjelaskan kepada saya. Jadi sepeda bisa disewa melalui aplikasi. Download dulu aplikasi InaBike yang ada di playstore, kemudian register. Setelah register, kita top up minimal lima ribu rupiah. Lima ribu adalah harga sewa sepeda untuk satu jam. Top upnya melalui mas penjaga ya. Setelah uang cash saya berikan ke mas penjaga, kita scan barcode yang ditunjukkan oleh mas penjaga.
Uang akan masuk ke aplikasi InaBike kita. Saya top up 10 ribu untuk sewa 2 jam. Ketika uang sudah masuk ke aplikasi, kita bisa langsung gunakan sepedanya. Tapi eeittss scan dulu barcore yang ada di sepeda yang kita sewa. Setelah itu di aplikasi akan muncul lokasi kita, klik go dan mulai deh hitung mundur dari 2 jam. Setelah sepeda selesai kita pakai, kembalikan sepeda ke tempatnya lagi dan scan barcode sepeda lagi tanda kita sudah selesai memakainya.
Kalau durasi yang kita pakai kurang dari 2 jam, maka sisa saldo tetap ada di aplikasi dan saldo tersebut bisa kita gunakan kapan-kapan. Namun jika saldo kurang dari lima ribu, kita top up lagi ya, karena minimal saldo yang bisa kita gunakan adalah lima ribu rupiah dengan hitungan durasi penyewaan satu jam. Saldonya bisa hangus nggak? Nggak hangus kata mas penjaga. Asik kan.
Saya bersiap menaiki sepeda onthel ini saat saya merasa ada yang nggak nyaman. Jok sepeda ternyata terlalu tinggi untuk body saya yang imut. Saya minta mas penjaga merendahkan jok sepeda saya. Namun jok itu memang sudah mentok pemirsa... memang udah maksimal sependek itu. Bukan salah sepedanya, tapi salah body saya yang imut hihihi.
Ya sudah, saya putuskan tetap memakai sepedanya. Walaupun kaki mesti jinjit ketika berhenti dan sungguh ini bikin nggak nyaman. Takutnya saya nabrak para pejalan kaki, malah repot kan. Jarak dua meter saya tempuh dalam waktu 10 menit. Luar biasa cepatnya hahahahaha. Akhirnya ketimbang saya nabrak, sepeda lebih banyak saya tuntun ketimbang saya naiki. Gagal jadi turis lah saya.
Kaki saya terutama bagian betis pegal luar biasa karena kebanyakan jinjit di sepeda. Saya kembalikan sepeda ketika durasi yang saya pakai baru satu jam. Untungnya mas penjaga tak bertanya, saya sudah kemana saja menggunakan sepeda, karena rute untuk bersepeda bebas saja, nggak harus di Malioboro, sampai ke alun-alun pun bisa, asal durasinya cukup. Jangan bilang-bilang mas penjaga ya, karena jarak yang saya tempuh nggak sampai 500 meter, itupun sepeda lebih banyak dituntun.
Pijat Bikin Kaki Nggak Pegal Lagi
Pagi hari selanjutnya saya bangun dengan kaki yang pegal. Bekas jalan-jalan sambil sepedaan di Malioboro masih terasa. Saya kembali ke Jakarta sore hari, so masih ada waktu buat merawat diri. Ngapain ya? Pijat dan refleksi kaki... kan ada GoMassage dari GoLife. Kan saya ingin balik ke Jakarta dengan pikiran dan tenaga yang segar bukan dengan badan yang pegal-pegal.
Layanan GoLife sudah ada di Yogyakarta. Karena perlu untuk pijak, saya klik menu GoMassage dan memilih "Reflexology & Light Massage". Pijat ini memberi penekanan pada titik refleksi di bagian bawah tapak kaki yang dikombinasikan dengan pemijatan ringan di beberapa bagian tubuh. Khasiatnya menghilangkan rasa pegal dan juga melancarkan peredaran darah.
Durasi yang saya pilih adalah 90 menit, harganya 70 ribu dan karena saya wanita maka saya klik penyedia jasa wanita juga. Tak lama setelah saya klik "pesan", orderan saya langsung diambil oleh seorang wanita, ibu Sutipah namanya. Tertera di aplikasi, perkiraan bu Sutipah tiba di hotel saya adalah jam 09.15 WIB. Namun jam menunjukkan pukul 09.00 WIB ketika bu Sutipah mengetuk pintu kamar saya.
Setelah saya iyakan bahwa saya yang memesan layanan GoMassage, bu Sutipah langsung menggelar alas kain batik di tempat tidur saya dan mengeluarkan perlengkapan memijat. Tak lama, bu Sutipah memijat kaki saya. Pijatannya sungguh enak dan bikin pegal-pegal di kaki saya perlahan menghilang.
Bu Sutipah orangnya ceria, sembari memjiat kami mengobrol sambil tertawa. Dari ceritanya saya tahu, bahwa ia awalnya memang bekerja sebagai pemijat yang biasa dipanggil dari rumah ke rumah. Ia sudah bergabung dengan GoLife dari Gojek setahun lalu dan banyak manfaat yang ia dapat.
GoLife selalu memberi pelatihan kepada mitra GoMassagenya, dua kali dalam seminggu. Pelatihannya gratis dan diberikan oleh dokter kesehatan dan ahli reflexology. Di pelatihan ini seluruh mitra diajari bagaimana memijat yang baik, titik refleksi mana saja yang harus dipijat dan lain-lain. Bu Sutipah selalu mengikuti pelatihan. Ketika saya tanya, apakah bosan ikut pelatihan? ia bilang sama sekali tidak, karena di setiap pelatihan ia selalu dapat ilmu baru, makanya ia tak pernah absen mengikutinya.
Bu Sutipah bisa merasakan jika orang yang dipijatnya menginap penyakit seperti asam urat atau diabetes. Dengan cepat saya bertanya, apa saya punya penyakit? Bu Sutipah bilang, saya sehat dan tak ada keluhan. Jika saya mengidap penyakit pasti saya sudah menjertit ketika titik refleksi di kaki saya ditekan. Saya bersyukur luar biasa.
Namun bu Sutipah bilang, betis saya kaku dan punggung saya harus dilemaskan karena kebanyakan duduk. Bu Sutipah benar sekali, betis kaku karena kebanyakan jalan dan jarang dipijit, punggung juga kaku karena kalau bekerja saya lebih banyak duduk. Meski begitu, bu Sutipah mengingatkan saya supaya jangan terlalu sering pijat juga. Paling tidak sebulan atau dua bulan sekali.
Enaknya pijatan bu Sutipah membuat saya nyaris ketiduran. Tak terasa 90 menit sudah berlalu dan proses memijat sudah selesai. Badan saya terasa rileks sekali. Sembari melihat bu Sutipah membereskan perlengkapan, saya tanya, berapa kali menerima orderan pijat dari GoLife dalam sehari. Katanya, sehari minimal satu orderan ia terima kalau sinyal di rumahnya lancar, namun ia beberapa kali memijat hingga 9 kali dalam sehari. Woowww....
Saya ajak bu Sutipah berselfie sebelum ia pergi. Sambil bercanda ia bilang, wah saya belum bedakan hahahahha bu Sutipah lucu sekali. Saya merebahkan diri di kasur setelah ia pergi. Sempat tertidur beberapa menit dan bangun sebelum jam check out tiba. Saya siap melangkah lagi, karena pegal telah pergi.
Paket komplit ya mbak, bisa jalan2 sepuasnya dan pas pegel mendera, go massage jawabannya..
BalasHapus