(dok.freepik.com) |
Tau nggak, bahwa tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional? Wajar kalo nggak tau ya karena perayaan Hari Gizi Nasional sangat minim, berbeda dengan event besar yang dirayakan dengan meriah. Contohnya adalah hari Kartini. Padahal anak yang menderita kekurangan gizi di Indonesia masih cukup tinggi.
Tetangga saya seorang ibu yang mempunyai anak balita. Seringkali saya melihat si ibu menyuapi anaknya tiap pagi. Rumah kami berhadapan, makanya kegiatan tetangga di depan rumah bisa saya lihat dengan jelas. Si balita perempuan ini susah makan, terkadang si ibu menyuapi anaknya dengan kesal karena si anak sangat susah makan.
Ketika si anak sudah sangat menolak disuapi, si ibu menaruh piring dan memberikan anaknya cemilan seperti biskuit. Yang penting ada makanan yang masuk ke perutnya, begitu kata si ibu sekali waktu pada saya. Saya miris juga melihatnya, kalau saya jadi si ibu, saya tak akan berikan biskuit melainkan buah-buahan.
Anak susah makan bisa menjadi salah satu penyebab kekurangan gizi. Apalagi jika si ibu bersikap "pasrah" pada kebiasaan anak. Pentingnya pengetahuan soal gizi, membuat saya datang ke acara Nutrisi Untuk Bangsa yang membahas tentang pentingnya gizi dalam tumbuh kembang anak pada 29 Januari 2019. Ada DR. Dr Conny Tanjung Sp.A(K), artis Kaditha Ayu dan psikolog Ajeng Reviando yang menjadi narasumbernya.
Menurut Dr. Conny Tanjung, status gizi kurang merupakan salah satu permasalahan perumbuhan yang mengacu pada kondisi berat badan yang ideal menurut tinggi badan. Kondisi ini dapat diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, penyakit kronis, masalah kesulitan makan, praktek pemberian makan yang salah dan ketidaktahuan orang tua.
Kondisi berat badan yang kurang pada balita akan memberi dampak yang merugikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Resikonya antara lain penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit, anak tidak tumbuh optimal dan cenderung tumbuh pendek, serta gangguan perkembangan otak dan fisik seperti gangguan daya pikir hingga interaksi sosial serta berbagai penyakit degeneratif.
Dr. Conny Tanjung mengingatkan para ibu yang sedang melakukan MPASI agar selalu memperhatikan komponen nutrisi yang terkandung di dalamnya. Karena kekurangan gizi salah satunya adalah karena tak terpenuhinya komponen nutrisi saat MPASI. Komponen yang harus ada di MPASI adalah :
1. Kelompok karbohidrat
2. Kelompok protein hewani dan ikan
3. Kelompok bahan makanan mengandung susu
4. Kelompok kacang-kacangan
5. Kelompok buah dan sayur
6. Lemak
Kaditha Ayu yang seorang artis, juga mengalami anaknya susah makan. Agar kebutuhan gizi anaknya terpenuhi, Kaditha Ayu dan suami memberi contoh pada anaknya agar anaknya mau makan. Misal agar anaknya mau makan sayur maka Kaditha Ayu dan suaminya juga makan sayur di hadapan anaknya. Ini cara yang lebih baik ketimbang memaksa anak untuk makan.
Peran Aktif Orang Tua untuk Perbaikan Gizi Anak
Peran aktif orang tua memang diperlukan dalam pemenuhan gizi anak. Menurut Psikolog Ajeng Raviando, selain memperhatikan pola makan dengan aktif mencari informasi mengkreasikan menu untuk membuat anak tertarik mengkonsumsi makanan bergizi, orang tua juga turut andil memberikan contoh kebiasaan pola makan pada anak.
Ajakan untuk makan harus disampaikan dengan kalimat yang positif agar tertanam afirmasi yang baik di benak mereka tentang makanan. Saya ingat ketika kecil dulu, ibu saya suka menakuti saya yang dulu memang susah makan. Ayo makan.. kalo nggak makan nanti makanannya diambil setan, kata ibu. Serem ya.. tapi akhirnya saya memang makan dengan terpaksa.
Sayangnya masih ada orang tua yang menganggap masalah berat badan anak adalah masalah besar yang malu buat diungkapkan. Orang tua cenderung menutupi daripada mencari solusi atas masalah berat badan anak. Membicarakan masalah berat badan anak membuat orang tua ini jadi terbeban secara psikologis. Sampai ada yang merasa jadi orang tua yang gagal karena anaknya underweight.
Ibu Ajeng Raviando menyarankan orang tua untuk terbuka, karena yang tau kondisi si anak adalah orang tua itu sendiri. Ini beberapa tips dari ibu Ajeng untuk para orang tua yang anaknya bermasalah dengan berat badan :
1. Bersikap objektif : berat badan anak sudah ideal belum? Segera cek.
2. Berpikir positif : kuat hati, tidak menyangka dan dangkal, fokus mencari informasi dan solusi, sadar diri, siap dan berani merubah prilaku
3. Pendekatan ramah anak : jangan memaksa karena bisa trauma
4. Solusi dari ahli kesehatan : tidak cukup hanya dari komunitas dan dugaan
5. Dukungan dari keluarga : pasangan, orang tua, saudara, sahabat
Bersyukurnya kita hidup di jaman digital yang semua informasi mudah dicari. Sebagai bentuk dukungan pada upaya pemerintah mengkampanyekan keluarga sebagai tonggak utama dalam kesadaran gizi, termasuk pentingnya pemantauan status gizi secara rutin, Danone Indonesia menyediakan platform website cekberatanak.co.id.
Bapak Arif Mujahidin, Communication Director Danone Indonesia, mengharapkan website ini dapat memudahkan orang tua dalam memantau berat badan ideal si kecil dari mana saja dan kapan saja. Dengan rutin mengecek kurva pertumbuhan anak melalui website ini, orang tua jadi lebih siap dan waspada bila terjadi gejala berat badan kurang hingga segera mencari solusi dengan berkonsultasi kepada ahli kesehatan.
Jadi para ibu yang bingung cara mengecek berat badan anak segera buka website cekberatanak.co.id. Caranya gampang kok, cukup memasukkan data-data anak dan nanti keluar deh berapa berat anak dan berapa seharusnya berat idealnya. Jika anak mengalami underweight, segera ke ahli kesehatan yaaaa jangan sampai telat.
Bener bngt kak Yat, klo anak susah makan bisa jd dia kekurangan gizi, tp kadang kita terkecoh anak gendut bukan krn makan tp krn susu, kupikir tetap aja kekurangan gizi, krn gizi itu lbh bnyk ada di makanan bukan susu
BalasHapus