Sebagai seorang blogger yang akrab dengan dunia tulis menulis, laptop adalah fasilitas menulis yang sering saya gunakan. Tiada hari saya lalui tanpa kegiatan mengetik di laptop dan kegiatan mengetik ini bisa berlangsung hingga 8 jam setiap hari. Memang bukan hanya mengetik blog saja sih namun juga pekerjaan lain yang masih ada hubungannya dengan kegiatan blogging.
Saking seringnya mengetik di laptop, saya teramat jarang menggunakan tangan saya untuk menulis. Paling banter saya memegang pulpen itu untuk tanda tangan.. terutama tanda tangan invoice heheheh. Jika saya hadir di sebuah acara, hal-hal yang penting di acara itu saya tulis di note handphone saya.
Pada sebuah workshop yang saya hadiri, peserta diminta menulis testimoni pendek mengenai workshop tersebut. Kami diberi selembar kertas dan sebuah pulpen. Meski pesannya adalah testimoni pendek, namun sang pembicara bilang tulisannya jangan cuma 2 atau 2 kalimat, minimal setengah kertas HVS yang dibagikan itu.
Menuangkan testimoni di selembar kertas tentu hal yang mudah buat saya yang akrab dengan dunia tulis menulis. Tapi.. saya agak kesulitan buat menulisnya dengan pulpen. Tangan saya terasa kaku menuliskan kalimat-kalimat menggunakan pulpen. Setelah selesai dan membaca ulang, saya menyadari baha tulisan saya jelek banget. Deg-deg an juga sang pembicara bisa baca tulisan saya yang kayak cakar ayam itu nggak ya.. wong saya yang nulis aja kesulitan membacanya.
Saya cukup lega karena testimoni tidak dbacakan secara langsung di acara tersebut. Ya kan malu kalau pembicara sampe nggak bisa baca tulisan saya kan. Namun setelah acara itu saya bukan berpikir mengenai workshop yang saya hadiri, saya malah berpikir tentang kemampuan saya menulis. Betapa kakunya jari jemari saya ketika menulis kalimat-kalimat panjang menggunakan pulpen.
Saya nggak mau lah nanti bener-bener nggak bisa menulis menggunakan pulpen lagi. Saya harus melatih tangan saya biar lemes kalo menulis lagi. Tapi gimana caranya? Kan nggak mungkin nge draft blog dengan cara ditulis dulu pakai pulpen trus dipindahin ke laptop. Kerja dua kali alias nggak praktis kan.
Lalu ketika sedang mencari buku di sebuah toko buku Gramedia di Jakarta, saya melihat tumpukan buku mewarnai. Tumpukan buku mewarnai ini dirubung banyak orang yang semuanya perempuan. Buku mewarnai apa sih sampai menarik perhatian? Ternyata ini buku mewarnai untuk orang dewasa.
Bedanya buku mewarnai untuk orang dewasa dan anak-anak adalah dari gambarnya. Kalau gambar di buku mewarnai untuk orang dewasa bentuknya lebih rumit.. misal gambar pohon dengan daunnya yang kecil-kecil atau gambar binatang namun berisi berbagai ukiran. Tiap bidang kosong di gambar tersebut kita warnai dengan warna sesuka kita.
Iseng saya membeli buku mewarnai ini lengkap dengan spidol warnanya. Spidol warna yang saya beli adalah Connector Pen dari Faber Castell. Saya udah familiar sama Faber Castell karena ketika membeli perlengkapan gambar anak saya mulai dari crayon, pensil warna, sampai spidol warna saya selalu pilih merk Faber Castell.
Kenapa memilih Faber Castell? Karena warna-warna Faber Castell itu cerah banget. Warna-warnanya benar-benar keluar dengan tegas dan tanpa malu-malu... nggak samar-samar gitu. Jenis warnanya juga banyak, membuat anak jadi lebih bisa berkreasi.
Untuk Connector Pen.. spidol ini punya keunggulan cepat kering. Jadi ketika mewarnai di kertas, kertas tak jadi basah dan berpotensi sobek. Kita bisa timpa lagi warnanya dengan warna lain. Mata spidol yang meruncing membuat bidang sekecil apapun bisa kita isi dengan warna. Bisa asyik berkreasi dengan warna deh.
Terus... hubungannya mewarnai dengan jari kaku kalo menulis tuh apa? Ada banget. Melatih jari yang kaku ketika memegang pulpen bisa melalui aktivitas mewarnai. Menggoreskan spidol di atas bidang gambar yang kosong melatih jari jemari menjadi lemas dan tak kaku. Saya sudah merasakan bedanya tulisan saya setelah saya rajin melatih jari dengan cara mewarnai. Tulisan jadi rada cakepan dikit hihihih.
Ada efek lain dari kegiatan mewarnai selain membuat jari tak lagi kaku menulis yaitu warna menjadi pereda stress. Pekerjaan ibu-ibu yang segambreng muai dari mengurus anak-anak, mengurus rumah, memasak.. sampai pekerjaan pribadi bisa membuat ibu-ibu stress juga. Ibu-ibu butuh hiburan biar nggak stress. Karena kalo ibu stress maka keluarga juga akan stress.
Nah mewarnai ini bentuk hiburan juga buat saya. Perasaan jadi happy melihat gambar yang warna-warni. Menurut para ahli, warna memang menjadi terapi untuk ketenangan. Pengennya sih hiburannya jalan-jalan.. tapi sementara emak kudu nabung ya hiburannya mewarnai aja deh.
Kemudian saya dapat informasi tentang produk Faber Castell Colour to Life. Jadi Fabel Castel mengeluarkan produk paket buku mewarnai lengkap dengan 20 buah Connector Pen. Buku mewarnai dan Connector Pen ditempatkan dalam wadah kotak. Kotak ini bikin aneka spidol warna di dalamnya nggak berceceran.
Faber Castell Colour to Life berbeda dengan buku mewarnai lainnya. Karena gambar di dalamnya bisa menjadi bentuk 3D yang bisa kita mainkan melalui aplikasi. Wah.. gambarnya jadi hidup? Iya banget.. saya juga heran.. tapi saya langsung sukaaa sama Faber Castell Colour to Life setelah memainkannya sendiri.
Ada 15 halaman dalam buku ini yang bisa kita warnai sesuka kita. Bentuk gambar di buku ini nggak serumit gambar dalam buku mewarnai orang dewasa. Makanya buku ini cocok banget buat diwarnai oleh anak-anak juga. Atau para ibu mau mewarnai bareng dengan anak-anak? Bisa banget.
Faber Castell Colour to Life bisa dibeli di Tokopedia atau di Gramedia dan toko buku terdekat. Untuk menjadikan gambar dalam Faber Castell Colour to Life menjadi hidup, ada beberapa step yang harus kita lakukan. Ini ya langkah-langkahnya :
1. Pilih gambar dalam buku dan warnai sesuka hati menggunakan Connector Pen yang ada dalam kotaknya
2. Download aplikasi Colour to Life yang ada di Google Play dan App Store
3. Buka aplikasi Colour to Life, pilih jenis gambar yang akan kita mainkan, misal gambar yang kita warnai adalah gambar kuda maka pilih gambar kuda di aplikasinya
4. Scan gambar dengan cara arahkan kamera ke gambar yang telah kita warnai, posisi kamera harus lurus ya dan bikin layar kamera kita terang, kalo layar kameranya redup maka aktivitas scanning ini nggak berhasil. Jarak kamera ke gambar jangan jauh-jauh dan scan gambar lengkap dengan frame di pinggirnya.
5. Layar kamera akan jadi hijau lalu muncullah gambar yang kita warnai dalam bentuk 3D.
Gambar dalam bentuk animasi ini bisa kita mainkan dalam game yang ada di aplikasi tersebut. Lalu kita juga bisa berfoto ria dengan gambar animasinya. Lucu deh gambar nya bisa bergerak-gerak gitu. Yang paling lucu sih gambar anak laki-laki dengan mainannya yang loncat ke sana kemari. Susah nangkep buat motretnya hihihi.
Faber Castell Colour to Life bikin hiburan jadi lengkap. Karena aktivitas mewarnainya dapet dan kalo mau main games menggunakan gambar yang kita warnai juga bisa. Faber Castell Colour to Life menambah keceriaan keluarga. Tapi inget ya jangan keasyikan main Faber Castell Colour to Life... sampe anak-anak lupa belajar dan emak lupa nge blog. Tetep dibatasi waktunya. Selamat bermain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
iya bener mba, buku mewarnai lebih rumit dibanding buat anak2, kalau faber castell colour to life ini bisa dipake sama dewasa or anak2 jadi semua hepi :D emak2 juga butuh hiburan yakaan.. :D
BalasHapus