Jembatan Pensil, Sekolah Tak Mudah Tapi Pantang Untuk Menyerah



Pendidikan seringkali diangkat menjadi tema dalam film Indonesia. Tema pendidikan memang menarik untuk diangkat karena pendidikan di luar Jakarta terutama di pelosok daerah di Indonesia masih terkendala banyak hal, di antaranya soal fasilitas. Pendidikan dengan fasilitas minim ini menjadi benang merah dalam film Jembatan Pensil yang akan tayang serentak muai 7 September 2017. Saya hadir di acara gala premier sekaligus press conference Jembatan Pensil di Gandaria City Mal tanggal 3 September kemarin. 


Sinopsis Jembatan Pensil

Jembatan Pensil berkisah tentang seorang anak berkebutuhan khusus bernama Ondeng (Did Mulya). Ia tinggal bersama ayahnya setelah ibunya wafat. Ondeng adalah anak yang bersekolah di sekolah dasar di Towea, Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Lokasi SD Towea ada di pinggir pantai dengan pemandangan pantai yang indah sekali. 

Ayah Ondheng berprofesi sebagai nelayan yang melaut sore hari dan baru pulang pagi keesokan harinya. Pamone (Deden Bagaskara), ayah Ondeng melaut dibantu oleh Gading (Kevin Julio) seorang pemuda yang terpaksa putus sekolah setelah ayahnya wafat. 

SD Towea adalah satu-satunya sekolah dasar dalam cerita ini. Pak Guru (Andi Bersama), mendapat bantuan dari anaknya yang baru selesai kuliah di Jakarta. Ibu guru Aida (Alisia Rininta) terpana menyaksikan kondisi sekolah ini ketika baru saja datang. Ondeng punya 4 sahabat yaitu Aska (Azka Marzuqi), Yanti (Permata Jingga), Nia (Nayla D Purnama), Inal (Angger bayu). 

Ondeng, meski berkebutuhan khusus, sangat pedui dengan para sahabatnya. Ia setia menunggu mereka dan berangkat sekolah bersama. Untuk menuju sekolahnya, keempat teman Ondeng harus melewati jembatan kayu yang sudah rapuh. Jika tak hati-hati melangkah maka mereka akan jatuh ke sungai yang airnya mengalir cukup deras. 

Kondisi jembatan yang rapuh ini membuat Ondeng bercita-cita membangun jembatan baru agar para sahabatnya tidak kesulitan berangkat ke sekolah. Untuk mewujudkan mimpinya, Ondeng menabung uang yang diperolehnya dari ayahnya. Jembatan yang dicita-citakan, digambar oleh Ondeng dengan sebuah pensil. Dari sinilah judul Jembatan Pensil berasal.

Ondeng harus merasakan kesedihan mendalam ketika ayah yang disayanginya pergi untuk selama-lamanya karena mendapat musibah di laut. Gading yang sama menjadi yatim piatu, mengambil alih peran ayah pada Ondeng sebagai balas budi pada ayah Ondeng yang selama ini membantu dirinya. 

Jembatan kayu yang rapuh itu akhirnya runtuh juga. Keempat sahabat Ondeng terjatuh ke sungai dan nyaris terbawa arus kalau saja Ondeng tak sigap menyelamatkan mereka. Sayangnya tas, buku dan perlengkapan sekolah mereka hanyut dibawa arus sungai.

Kepedulian Ondeng pada sahabatnya, membuat Ondeng membagi sebatang pensil yang ia punya menjadi lima, agar para sahabatnya bisa mengerjakan tugas dari bu guru Aida ketika bu guru Aida mengajak mereka terjun langsung ke alam. Namun… keberadaan 4 sahabat, bu Guru Aida dan kak Gading tidak membuat Ondeng melupakan kesedihan karena ditinggal ayahnya.

Kesedihan mendalam dan ketakutan karena ditinggal ayahnya membuat Ondeng lepas kendali. Ia mengayuh sampan sendirian ke laut untuk mencari ayahnya. Ia tak menyadari bahaya yang akan ia hadapi di laut lepas. Bagaimana akhir cerita ini? Apakah Ondeng berhasil mewujudkan cita-citanya untuk membangun jembatan untuk teman-temannya?

Sekolah tak mudah tapi pantang untuk menyerah

Keterbatasan fasilitas, fisik dan mental bukan halangan untuk meraih cita-cita. Ini inti dari cerita Jembatan Pensil. Inal, seorang tunanetra dan Ondeng yang berkebutuhan khusus adalah contoh anak yang tetap semangat sekolah dengan segala keterbatasannya. Jiwa pantang menyerah dalam belajar juga dicontohkan Gading, yang tetap rajin membaca buku sambil melaut.

Film ini juga menyajikan pemandangan alam pantai Kabupaten Muna yang indah banget. Keindahan alam Muna belum banyak dieksporasi. Ini juga salah satu alasan kenapa latar belakang pengambilan film dilakukan di Kabupaten Muna. Bahkan crew film harus membangun dermaga menuju pantai karena tak ada dermaga di pantai ini.

Saya terpesona dengan keindahan pantai Muda terutama saat tokoh Ondeng bermain layang-layang di batu karang yang besar di pinggir dermaga. Alam yang indah juga disajikan saat bu guru Aida mengajak anak-anak sekolah naik ke atas bukit untuk belajar langsung dari alam. Indonesia punya banyak tempat yang indah ternyata.

Oh iya.. film ini juga dibintangi oleh aktris kawakan Meriam Bellina yang berperan sebagai ibu Farida, ibunda bu guru Aida. Ibu Farida mewakili ibu-ibu kebanyakan yang menafkahi keluarga dengan cara berjualan tenun dan lebih memihak laki-laki yang punya kelebihan secara materi. Ibu-ibu banget kan. Jembatan Pensil akan tayang perdana pada 7 September 2017. Sebagai film keluarga, film ini patut ditonton. 

JEMBATAN PENSIL
Produksi : Grahandhika Visual
Produser eksekutif : La Ode Haerun Ghowe
Produser : Tyas Abiyoga
Produser pelaksana : Rahmat Suardi
Sutradara : Hasto Broto
Penulis skenario : Exan Zen
   

42 komentar

  1. Satu lagi ya pantai cantik yang akan makin dikenal masyarakat luas melalui tayangan film layar lebar. Jadi alternatif pilihan film keluarga nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak alam kabupaten muna indah banget... pantainya putih pasirnya

      Hapus
  2. Hiks semoga film ini menginspirasi anak-anak untuk lebih semangat belajar, sedih di beberapa tempat anak-anak banyak putus sekolah karena salah pergaulan...Thanks mbak ulasannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. di kota yang transportasi sekolahnya gampang malah pada males sekolah

      Hapus
  3. wah ini film yang layak tonton kayaknya. Cerita yang dekat dan perpaduan pemandangan alam yang belum tereksplorasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ceritanya inspiratif.. dan sebagai promosi wisata kabupaten muna

      Hapus
  4. Makin kece pas lihat gua nya . Ah pemandangnya bagus baget
    . Makin banyak nih yg kenal kabupaten muna jadi lebih terkenal setelah nonton film ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. jujur sebelum liat Jembatan Pensil saya nggak pernah denger nama Kabupaten Muna... ternyata indah alamnya

      Hapus
  5. Film edukatif yg cocok ditonton keluarga Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya cocok mas buat anak anak biar mereka semangat sekolah

      Hapus
  6. Film yang bagus. Daku sebagai aktivis di dunia pendidikan senang klo banyak film2x bergenre seperti ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa... dulu film anak anak yang bagus banyak dibikin sama Nia dan Ari Sihasale.. kemana ya mereka sekarang

      Hapus
  7. Kayanya bagus ini..
    Masukin ke list film yang bakal ditonton sama anak, ahh..

    BalasHapus
  8. Saya kagum dengan semangat para anak2 bangsa yg gigih belajar meski harus melewati berbagai rintangan. Film ini menggambarkan sekali kehidupan nyata pendidikan di sudut2 Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. pada kenyataannya... banyak anak anak di desa terpencil yang emang gigih begini

      Hapus
  9. Finale ada film untuk anak - anak lagi. Jadi pengen ajak adik dan sepupuku nonton deh. Kayaknya bagus ya

    BalasHapus
  10. Naahhh model film kaya begini yang harus dibanyakin.

    BalasHapus
  11. Dari baca resensimu, sepertinya ini film bagus. Apalagi yg maen aktris favorit akooh Tante Meriam Bellina. Ah nonton ah ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Meriam Bellina aktingnya udah nggak usah diomong deh... tante mer bagussss mainnya

      Hapus
  12. Film-film bertema pendidikan, apalagi yang mengangkat anak berkebutuhan khusus yang tetap semangat bersekolah itu menarik banget. Biar yang punya tubuh, jiwa, dan pikiran sempurna lebih bersemangat menempuh pendidikan.

    BalasHapus
  13. Bagus nih filmnya untuk ditonton bersama krucils. Supaya mereka lebih semangat sekolah.

    BalasHapus
  14. Jadi pengen nonton filmnya mba, kan jadinya bisa bawa anak-anak nonton, kalau ceritanya bagus begini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bawa dimas nonton tuh mbak... secara film anak anak nggak sebanyak orang dewasa

      Hapus
  15. Aku paling suka film yang mempromosikan keindahan alam Indonesia seperti ini dengan cerita yang Indonesia banget, bukan ala2 sinetron yang dari judulnya aja sudah tidak jelas juntrungannya. Sepertinya layak untuk ditonton bareng anak-anak ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku udah nggak pernah nonton sinetron... ceritanya ampun ampunan sih.. film ini worth it buat ditonton sama anak anak mbak

      Hapus
  16. Jadi pengen nonton, saya suka film tema anak-anak dan mengambil lokasi syuting di daerah yg potensi keibdahannya blm bnyk orang tahu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener... biar lebih mencintai Indonesia ya mbak

      Hapus
  17. Wah hari ini ya tayang perdana-nya! Senang deh lihat dunia perfilman Indonesia kembali aktif dan menghasilkan film-film yang berbobot, apalagi kalau filmnya bisa sekaligus mempromosikan Indonesia. Nanti ajak si kakak nonton ah weekend ini. Sukses untuk filmnya ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gala premier nya kemarin disambut hangat mbak... bahkan diputer perdana juga di istana

      Hapus
  18. Duh jd ngebayangin mereka kesulitan mereka menuju sekolah, harus bertaruh nyawa segala. Dan jd penasaran, apa yg terjadi sama Odeng nih, pas lagi cari ayahnya di laut :-/

    BalasHapus
    Balasan
    1. tonton aja deh film nya...dan soal jembatan rapuh di daerah terpencil banyak tuh yang kayak gitu

      Hapus
  19. Aku belum nonton nih mba Yayat, sangat jarang bioskop yang mutar film ini, di dekat tidak ada yang muter. Kasihan juga dapat layarnya sedikit, padahal sinopsisnya bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bioskop lebih memilih film yang menjual daripada yang inspiratif kayak gini

      Hapus