Melongok Sentra Ternak Dompet Dhuafa di Subang

Mobil yang kami tumpangi siang itu melintasi jalan yang berbatu dengan perkebunan nanas di kiri dan kanan jalan. Nampaknya kami akan segera sampai ke tempat yang kami tuju. Kami adalah para blogger dan media yang diundang oleh Dompet Dhuafa untuk mengunjungi sentra ternak di lahan pemberdayaan milik Dompet Dhuafa di kawasan Desa Cirangkong Cijambe Subang pada tanggal 7 Agustus 2018.


Menggunakan 4 mobil Elf, rombongan blogger dan media dari Jakarta berangkat pagi-pagi dan sampai di lokasi tepat jam 12 siang. Kondisi jalan menuju lahan menjawab pertanyaan yang ada dalam hati saya. Tadinya saya heran kenapa kami nggak menggunakan 1 bis besar yang langsung mengangkut semua peserta. Ternyata jalan menuju lokasi tak memungkinkan digunakan bis besar. Jalannya sempit dan berbatu.

Lahan yang dimiliki oleh Dompet Dhuafa adanya di perbukitan. Sejauh mata memandang yang ada hanyalah hijaunya tanaman. Ada beberapa rumah di lahan pemberdayaan ini. Rumah-rumah kecil ini didirikan untuk kepentingan lahan misalnya untuk menerima tamu yang berkunjung ke lahan pemberdayaan. Jika tamu butuh menginap ada rumah kecil yang cantik banget tersedia di sini. 


Lahan pemberdayaan milik Dompet Dhuafa ini luasnya 10 hektar, jadi emang luas banget. Lahan ini dibeli oleh Dompet Dhuafa menggunakan dana yang terkumpul dari masyarakat. Dana dikumpulkan melalui program Indonesia Berdaya yang bertujuan membeli lahan agar bisa digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Para motivator dan artis membantu Dompet Dhuafa dengan menjadi marketing dan donaturnya juga.

Di area lahan ditanami tanaman buah naga dan jambu kristal. Tanaman ini diurus oleh masyarakat lalu hasil panennya dijual dan uang hasil penjualannya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat yang mengurus tanamannya. Seiring berjalannya waktu, jenis tanaman di perkebunan ini ditambah dengan nanas.



Kenapa nanas? Karena nanas adalah tanaman yang potensial banget di Subang. Subang memang terkenal dengan nanasnya. Untuk mendukung majunya budidaya nanas maka dibuatlah program pemberdayaan nanas. Nanas bukan hanya ditanam tapi dikembangkan menjadi agro industri. Dompet Dhuafa sedang membangun rumah industri/pabrik pengolahan nanas di daerah ini.

Rumah industri atau pabrik pengolahan nanas ini jika telah selesai dibangun akan menyerap banyak tenaga kerja dan Dompet Dhuafa akan membeli nanas dengan harga tinggi. Ini agar masyarakat terhindar dari jeratan tengkulak yang terbiasa menekan nanas para petani dengan harga rendah.

Setelah makan siang dengan menu yang rumahan banget, saya dan teman-teman langsung diajak mengunjungi peternakan kambing dan domba. Memang itu tujuan kami kemari yaitu untuk melihat bagaimana domba dan kambing diternakkan oleh Dompet Dhuafa, mengingat sebentar lagi kita akan merayakan Idul Adha. 



Sentra ternak ini terdiri dari beberapa kandang besar berisi kambing dan domba. Semua kambing dan domba berteriak ribut begitu melihat kami datang. Orang-orang yang penasaran dengan para kambing dan domba. Berebutan kami melongok dan berfoto-foto di kandang kambing dan domba. Kambing dan domba bergerak agresif. Perilaku agresif para kambing dan domba seperti ini wajar karena mereka melihat orang yang baru dilihatnya.

Sentra ternak adalah program lain dari Dompet Dhuafa. Sistem sentra ternak ada 2 yaitu ternak di kandang besar di lahan pemberdayaan dan ternak di kandang rakyat. Ada 3 kelompok peternak dengan masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Masing-masing orang mengurus 10 ekor kambing/domba.



Peternak yang dibawahi oleh Dompet Dhuafa ada 2 macam yaitu peternak binaan dan peternak umum. Peternak binaan mendapat pelatihan, modal usaha dan mendapat pendampingan. Sementara peternak umum tak mendapat pendampingan karena umumnya mereka adalah peternak yang memang sudah punya usaha ternak alias peternak profesional.

Harga ternak dari sentra ternak ini adalah berdasarkan kesepakatan. Mitra ternak biasanya mengajukan harga dan Dompet Duafa mengakuisisi. Harga dari Dompet Dhuafa cukup tinggi dan dibayar 6 bulang sebelum Idul Adha. Mitra ternak juga diberikan deposit agar mereka bisa membeli anakan kambing/domba.



Mitra ternak memperoleh keuntungan dari harga kesepakatan ini. Mitra ternak juga mendapat kepastian pasar karena kambing atau domba yang diternakkan sudah pasti laku. Mereka bisa fokus untuk mengurusnya agar kambing beratnya sesuai standar.

Berat kambing memang jadi pengaruh utama soal harga. Makin berat kambingnya, maka harganya semakin mahal. Kambing yang siap dijual dikelompokkan berdasar beratnya. Kambing premium yang paling berat dan harganya tinggi diberi tanda cat merah.

Supaya kambing dan domba beratnya sesuai standar, maka makanannya juga harus diperhatikan. Kambing dan domba di Sentra ternak tidak makan rumput melainkan pakan khusus yaitu campuran kulit nanas, dedak, jerami dan urea. Bahan-bahan tersebut diproses dan menjadi pakan ternak. Jadi lumayan ya.. pakan ternaknya dari kulit nanas hasil kebun sendiri. 



Kesehatan juga mempengaruhi berat kambing/domba. Kambing dan domba dicek berkala agar langsung ketauan kalo kambing dan domba ini sakit. Dhompet Dhuafa sudah bekerja sama dengan dokter hewan terkait. Kambing dan domba yang sehat bisa dilihat dari gerakannya yang aktif, matanya yang cerah, tidak cacat dan bawah hidungnya basah.

Bagaimana dengan kambing yang beratnya di bawah standar? Kambing seperti ini tidak dijual buat kurban melainkan untuk keperluan lain seperti akikah. Jadi kambing di sini nggak pernah nggak laku nih. Melihat sentra ternak dan perkebunan di Cijambe ini, nyatalah kiprah Dompet Dhuafa menyejahterakan masyarakat.

3 komentar

  1. Perjalanan yang mengoyang badan akhirnya mulut bisa bergoyang. Hap,hap makan buah nanas yang manis. Mpo tidak sampai berhenti mengunyah.

    BalasHapus
  2. Programnya keren memberdayakan masyarakat sekitar ya :)

    BalasHapus
  3. yg gw inget nanasnya lebih manis dari buah naga, padahal ditanamnya tetanggaan, kok manisnya beda yak?

    BalasHapus