Rokok itu sama Bahayanya dengan Narkoba

Entah sudah berapa kali saya bertemu anak ini ketika ia sedang membeli rokok di warung dekat rumah saya. Anak ini sekelas dengan anak sulung saya ketika sekolah dasar. Lulus SD, anak saya dan dirinya beda sekolah. Saya kenal baik dengan orang tuanya karena rumahnya dekat dengan rumah saya makanya hampir setiap hari kami bertemu.


Saat ini ia duduk di sekolah menengah atas, sementara anak sulung saya sudah duluan lulus. Iya bisa seperti itu karena anak ini pernah tidak naik kelas di SMA nya. Saya maklum sekali kenapa ia tak naik kelas. Ia bergaul dengan anak-anak yang salah, yang lebih mengajaknya buat hura-hura ketimbang belajar. Dari pergaulan ini ia mengenal rokok. Ia rutin membeli rokok sebelum berangkat sekolah. Bayangin.. merokok sambil berangkat sekolah.

Apa orang tuanya tidak tahu bahwa anaknya merokok? Tahu dan bahkan sudah melarang. Tapi anaknya menjadi galak jika dilarang merokok. Omongan orang tuanya tak didengar lagi. Pernah ia tak pulang ke rumah beberapa hari yang membuat orang tuanya sangat cemas. Akhirnya orang tuanya membiarkan anaknya merokok.

Sesungguhnya saya prihatin anak semuda itu sudah merokok karena saya sadari betul bahayanya merokok bagi anak muda. Merokok adalah langkah awal menuju "kerusakan" berikutnya. Setelah "pergaulan" memperkenalkannya pada rokok maka bukan tak mungkin selanjutnya ia akan dikenalkan dengan minuman keras dan narkoba. Mungkin? Mungkin banget. 



Pada acara diskusi publik Rokok dan Puasa, Murahnya Harga Rokok pada Senin 28 Mei lalu di bilangan Jakarta Pusat, ada Dokter Adhi Wibowo yang mengatakan bahwa rokok itu seperti candu. Orang mengalami kecanduan nikotin akan mudah menjadi pencandu narkoba. Rokok itu sendiri bisa disamakan dengan narkoba karena efeknya yang membuat orang kecanduan.

Dr Adhi Wibowo mengemukakan syarat seseorang bisa disebut sudah mengalami ketergantungan yaitu menggunakan narkoba selama setahun dan digunakan secara berturut-turut. Lalu dosisnya makin tinggi. Jika ia tidak mendapatkan narkoba maka ia akan sakaw. Nah perokok juga mengalami hal ini.

Perokok yang mengalami ketagihan merokok secara sadar akan menambah dosisnya, dari sebatang menjadi sebungkus, dari sebungkus menjadi tiga bungkus sehari. Begitu terus. Jika ia tak menemukan rokok maka tanda-tandanya seperti orang tak menemukan narkoba... sakaw istilahnya. Ia akan berbuat segala macam cara demi mendapatkan rokok.



Menurut Dr Adhi Wibowo, nikotin itu tingkat ketergantungannya adalah ranking tiga di bawah heroin dan kokain. Rokok termasuk dalam golongan narkoba karena sifatnya menutup akal sehat, sama seperti narkoba. Contohnya akal sehat tertutup adalah merokok itu membangkitkan motivasi. Orang jadi lebih kreatif karena merokok. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.

Orang yang merokok kemungkinan terganggu jiwanya dan 59% perokok adalah orang yang mengalami depresi. Ini terlihat jelas ketika seorang perokok dijauhkan dari rokok. Ia akan dilanda kecemasan, kepala pusing, susah konsentrasi dan menjadi pemarah. Dalam kasus temannya anak saya, ia menjadi galak pada orang tuanya yang merlarangnya merokok. Karena fikiran sudah tak fokus belajar gara-gara terpengaruh nikotin, maka tidak naik kelas sudah pasti ia alami.

Di kalangan anak muda saat ini ada rokok elektronik yang lagi hits, namanya Vape. Apakah Vape aman? Rokok kandungan nikotinnya lebih tinggi, tapi Vale kandungan kimianya jauh lebih tinggi. Jadi sama aja kan. Dalam Vape ada narkoba cair yang punya macam-macam nama. Anak-anak muda tak akan mengerti dengan nama-nama narkoba cair ini. Makanya bahaya soal Vape harus selalu disosialisasikan. 



Pada sesi Doktor Anwar Abbas yang merupakan Pengurus Pusat Muhammadiyah, beliau mengatakan bahwa Muhamadiyyah telah memutuskan bahwa rokok itu haram karena faktor mudharatnya. Rokok bertentangan dengan dalil-dalil dalam Islam. Dalam merokok terdapat unsur menjatuhkan diri dalam kebinasaan dan sebagai perbuatan bunuh diri yang perlahan-lahan. Ini bertentangan dengan Al Quran Surah 2 ayat 195 dan Surah 4 ayat 29.

Lalu apa sebaiknya yang harus dilakukan agar perokok berkurang? Menurut Doktor Abdillah Ahsan, Wakil Kepala Pusat Ekoonomi dan Bisnis Syariah UI,orang merokok karena rokok mudah dibeli dan harganya murah. Makanya anak-anak muda macam temennya anak saya bisa membeli rokok dengan cara memotong uang jajannya.

Maka harus cari cara agar rokok harganya mahal. Salah satu caranya adalah menahan stock tembakau. Jika stock berkurang maka rokok menjadi mahal arena bahan bakunya terbatas. Harag rokok yang mahal bisa menahan orang membeli rokok. Seperti yang terjadi di luar negeri. Itu teorinya tapi prakteknya ya susah juga karena pemerintah akan berbentukan dengan pihak pengusaha. 

Mestinya pemerintah memang mencari solusi karena biaya pengobatan untuk para perokok itu membebani JKN. Pengobatan untuk para perokok itu berlangsung lama prosesnya, makanya biayanya jadi tinggi. Padahal biaya pengobatan untuk para perokok kan bisa dialihkan untuk hal lain misalnya untuk memajukan pendidikan.

Pada akhir diskusi ada pak Fuad Abbas, yang memperkenalkan terapi untuk pecandu rokok. Ia mempraktekkan terapinya di hadapan para peserta diskusi. Terapinya telah berhasil mengobat banyak pecandu rokok. Nah buat para perokok yang niat berhenti merokok bisa nih ikutan terapinya pak Fuad Abbas.


2 komentar

  1. Tidak gaul kalau tidak merokok, Harga rokok yang terjangkau bisa jadi penyebabnya masih banyak orang yang suka merokok

    BalasHapus