Cara Lawe Indonesia Melestarikan Kain Lurik



Saya selalu menyukai hal-hal yang berhubungan dengan budaya Indonesia. Entah itu kerajinan atau kulinernya. Berbahagialah kita punya seni budaya yang beraneka ragam, sebegitu beranekanya hingga tidak semua seni budaya dari daerah lain kita tahu. Kecantikan budaya kita sering diaplikasikan ke produk yang unik oleh masyarakat kita. Iya.. orang Indoneia itu kreatif . Kalau kreativitas dipadukan dengan budaya Indonesia jadinya apa? Jadinya produk yang cantik.


Saya berasal dari Jogjakarta. Kecantikan Jogjakarta itu tak ada habisnya. Ya alam, ya kerajinannya, ya kulinernya, nggak pernah membuat saya bosan. Almarhumah ibu saya pernah bilang, sebagai orang yang berasal dari Jogjakarta, kita jangan pernah lepas dari budaya Jogja. Makanya almarhumah ibu saya membawa semua koleksi kain batiknya ketika pindah ke Jakarta. Gudeg.. adalah sayur yang bumbu dan cara membuatnya harus saya hapal di luar kepala.

Tentu banyak yang mengiyakan kalau batik dari Joga itu cantik-cantik. Namun selain batik, Jogja juga punya kain yang tak kalah cantik. Namanya kain lurik, kain dengan motif garis-garis. Dulu motif lurik dipakai oleh para laki-laki, warnanya coklat dan hitam. Sekarang motif lurik sudah beraneka warna dan dipakai oleh perempuan juga.


Tanggal 26 April lalu saya diajak komunitas Blogger Cihuy menyambangi Inacraft 2017 yang sedang berlangsung di JCC Jakarta. Kami datang atas undangan Lawe Indonesia, sebuah brand yang membuat produk-produk dari kain lurik. Hujan deras tak menghalangi langkah saya ke sana, karena saya ingin tau lebih jauh dengan produk-produk Lawe Indonesia yang telah saya lihat di Instagram.

Mbak Fitria, dari Lawe Indonesia menyambut kami dengan ramah sekali. Di belakang mbak Fitria terpajang produk-produk Lawe Indonesia seperti tas, dompet, aneka gantungan kunci dengan warna yang beraneka. Saya lihat dompet yang tertata di atas meja. Jahitannya sungguh rapi dan warnanya sungguh cerah. Lurik yang motifnya hanya garis-garis bisa terlihat cantik setelah dibuat menjadi sebuah produk.


Lawe Indonesia fokus kepada pembuatan kerajinan berbasis lurik. Semua produk dibuat dengan tangan dan mesin jahit. Kain tenunnya dibuat dengan alat tradisional, yang dari kayu dan dioperasikan pakai tangan dan kaki itu lho. Karena Lawe Indonesia telah berjanji untuk melestarikan tradisi kain tenun Indonesia. Jadi Lawe Indonesia tak mau pengerjaan tenunnya menggunakan mesin-mesin besar.

Sekarang, pemasok kain lurik di Lawe Indonesia adalah sebuah perusahaan keluarga di Jogja yang telah berdiri sejak tahun 1962. Belum lahir kita ya. Ada 3 kelompok penenun di Lawe Indonesia, yaitu kelompok penenun kain, penenun syal dan kelompok penenun stagen. Kain lurik itu kain yang berukuran 70 cm, bisa digunakan sebagai kain dan bisa juga dijahit menjadi baju.


Warna produk Lawe itu warna-warni tapi bukan sembarang warna lho. Warna-warna ini terinspirasi dari warna burung Indonesia. Ada 8 jenis burung yang warnanya digunakan oleh Lawe Indonesia. Pada awal berdiri, produk Lawe didesain oleh owner dan pendirinya sendiri tapi sekarang Lawe mempunya desainer yang khusus mengembangkan desain lurik dan produknya.

Lawe Indonesia punya 70 jenis produk yang terbagi dalam jenis tas, dompet, dekorasi rumah, stationaery, gift dan soft toys. Boneka binatang masuk dalam jenis soft toys. Soft toys ini lahir dari program Lawe Craft Class. Program ini dbuat Lawe untuk mengajarkan pada orang-orang cara membuat produknya. Jika banyak yang bisa membuat produk dari lurik maka lurik akan makin lestari.


Lawe juga punya program zero waste. Program ini adalah membuat sisa lurik menjadi produk yang baru lagi. Gantungan kunci dan kalung serta gelang lawe dibuat dari lurik yang tersisa. Perca lurik dipisahkan berdasarkan warna, nanti perca-perca ini dijahit dalam bentuk dompet dan lain-lain Lurik benar-benar berharga di Lawe Indonesia.

Lawe juga memberdayakan para perempuan untuk menjahit produknya. Semua produk dijahit di Jogja oleh 30 orang ibu rumah tangga. Kalau Anda lihat jahitan di produk Lawe pasti Anda akan kagum karena jahitannya halus dan rapi. Staff Lawe yang bertugas memasarkan dan mengurus produk-produknya da 18 orang.


Harga produk Lawe tak mahal, kisaran harganya adalah 15 ribu sampai 950 ribu rupiah. Harga yang termahal ini ada dalam bentuk tas yang dikombinasikan dengan bahan kulit. Manis banget bentuknya. Konsumen Lawe Indonesia ada yang lokal dan International. Saat saya berbincang dengan mbak Fitria ada beberapa orang asing yang tertarik dengan produk-produk Lawe.

Inacraft adalah salah satu cara Lawe untuk mengenalkan kain lurik Indonesia. Ikut seak tahun 2007, hingga kini Lawe rutin mengikuti Inacraft. Mbak Fitria bercerita, awalnya ikut Inacraft ini modal nekat. Lawe Indonesia tak punya pengentahuan tentang apa dan bagaimana Inacraft. Saat ikutpun, Lawe Indonesia lebih banyak menjelaskan tentang apa dan bagaimana kain lurik ketimbang menjual produknya.


Tapi.. semua indah pada akhirnya. Sekarang orang banyak yang sudah tahu tentang produk-produk Lawe Indonesia dan banyak yang menjad pembeli setia. Saat di booth Lawe Indonesia kemarin ada seorang wanita yang memborong 30 buah kain lurik. Ibu ini adalah pelanggan setia Lawe Indonesia.

Saya tak berlama-lama membeli produknya juga. Saya beli tas cangklong yang sudah saya incar sejak pertama kali datang. Tas ini fungsional buat saya, ukurannya yang besar bisa memuat laptop dan semua perlengkapan saya. Warnanya juga manis sekali, coklat denganmotif lurik coklat dan kuning. Tas inilah yang dikombinasikan dengan kulit dan dijual 950 ribu rupiah. 


Saya juga membeli tas tali panjang yang berukuran lebih kecil. Tas ini membuat saya batal membeli kain lurik, karena tas ini warnanya ungu. Cantik sekali. Saya lihat teman blogger yang lain juga asyik memilih produk untuk dibeli. Ada yang membeli lurik, tas ransel, dompet dan lain-lain.

Jika Anda mau membeli produk Lawe Indonesia atau ingin melihat-lihat produknya, bisa melalui ini ya  :

LAWE INDONESIA
Amry Museum and Art Gallery
Jl. Prof. Dr. Ki Amri Yahya no. 6 Jogjakarta
Telp +62 274558517
IG @laweindonesia
FB Lawe Indonesia
Website www.laweindonesia.com

1 komentar